Rencana Aksi Iklim Bandarlampung Dipaparkan di Thematic Panel of Expert CRIC
Direktur SDGs UBL Dr. Eng. Fritz Akhmad Nuzir memaparkan rencana aksi iklim Bandarlampung di Thematic Panel oF Expert CRIC.-FOTO DOK. UBL -
BANDARLAMPUNG - Direktur Center for The Sustainable Development Goals Universitas Bandar Lampung (SDGs Center UBL) Dr. Eng. Fritz Akhmad Nuzir hadir dalam kegiatan Thematic Panel of Expert Climatec-Resilient and Inclusive Cities (CRIC). Kegiatan ini diselenggarakan United Cities and Local Government Asia Pacific (UCLG-ASPAC) di Nusa Dua, Bali, Senin (28/10).
Akademisi Prodi Arsitektur UBL sekaligus ketua Tim Penulis Dokumen Rencana Aksi Iklim Bandarlampung ini menjelaskan paparannya dalam kegiatan tersebut. “Saya berkesempatan memaparkan progres dokumen Rencana Aksi Iklim Bandarlampung yang direncanakan oleh Pokja Iklim Pemkot Bandarlampung. Dokumen ini sebagai bagian yang terpadu dengan upaya peningkatan kapasitas pemkot yang mencakup aspek-aspek kebijakan perubahan iklim dan SDGs,” kata Fritz.
Fritz juga menyampaikan bagaimanakah basis ilmiah perubahan iklim, inventarisasi emisi GRK, dan target pengurangannya sebagai bagian dari komponen mitigasi perubahan iklim serta penilaian kerentanan dan risiko perubahan iklim maupun target adaptasinya. ’’Semua hal tersebut sebagai bagian dari komponen adaptasi perubahan iklim yang memiliki tujuan mengambil aksi segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya karena perubahan iklim di Bandarlampung,” jelas Fritz.
Fritz menginformasikan bahwa penyusunan dokumen yang sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan setempat. “Ini dilakukan oleh tim penyusun bekerja sama dengan Pokja Perubahan Iklim Bandarlampung dibantu tim CRIC. Juga disusun berdasarkan hasil dari rangkaian kegiatan Pelatihan Rencana Aksi Perubahan Iklim dan Pendampingan Teknis yang dipandu tim dari UCLG-ASPAC,’’ katanya.
BACA JUGA:Unila, Itera, dan UIN RIL Komit Jamin Pendidikan Penyandang Disabilitas
Fritz menyampaikan bahwa Thematic Panel of Expert CRIC mengusung tema Towards Inclusive and Resilient Ecosystem and Waste Management for Sustainable Cities ini berlangsung hingga 31 Oktober 2024. ’’Kemudian menghadirkan para ahli dari berbagai benua yang berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam penanganan sampah serta upaya menghadapi perubahan,’’ ujarnya.
Fritz menyampaikan, program kegiatan ini juga didukung Uni Eropa dan melibatkan mitra pelaksana ditujukan meningkatkan kapasitas pemerintah 10 kota percontohan di Indonesia dalam merencanakan dan menanggulangi dampak perubahan iklim. ’’Juga mempromosikan kerja sama triangular antara kota-kota dan pusat penelitian di Eropa, Asia Selatan, serta Asia Tenggara. (rls)