Guru Tidak Boleh Setengah Hati
PELATIHAN: Master Trainer NLP Hari Dewanto saat menyampaikan materi Mindfullness for Teaching kepada para guru Al Kautsar di ruang pertemuan Yayasan Al Kautsar.- FOTO DOK. AL KAUTSAR -
Al Kautsar Gelar Pelatihan Mindfulness for Teaching
BANDARLAMPUNG - Sebanyak 205 guru dan karyawan Al Kautsar dari unit TK, SD, SMP, hingga SMA mengikuti pelatihan Mindfulness for Teaching, Rabu-Jumat (9-11/10). Pelatihan ini menghadirkan narasumber Hari Dewanto, master trainer Neuro Linguistic Programming (NLP).
Kabid Pendidikan Yayasan Al Kautsar Rizal Effendi mengatakan, pelatihan Mindfulness for Teaching menggunakan metode hypnoteaching. Tujuan kegiatan ini memberikan teknik dan keterampilan kepada para guru untuk menjadi guru yang hadir secara utuh dengan kondisi tenang dan bahagia memberikan pembelajaran efektif kepada para siswa.
“Bapak Hari Dewanto juga seorang profesional hipnoterapi dari Bogor. Beliau mengajarkan guru-guru Al Kautsar untuk menjadi guru yang penuh kebahagiaan sehingga siswa-siswa merasa aman dan nyaman selama menyerap ilmu dari guru tersebut,” kata Rizal.
Pelatihan dibuka Ketua Yayasan Al Kautsar Wagiso. Wagiso berharap semua guru Al Kautsar menjadi guru yang bahagia dan kreatif dalam menyampaikan materi kepada para siswa.
BACA JUGA:Tiga Dosen IIB Darmajaya Tulis Buku Anggaran Perusahaan
Dalam materinya, Hari Dewanto menegaskan bahwa menjadi guru tidak boleh setengah hati. ’’Guru harus hadir sepenuh hati dengan kesadaran penuh saat memberikan pelajaran kepada para siswanya. Ada dua mindfulness keyword. Yakni fokus hadir secara utuh dan aware sadar secara penuh,” katanya.
Bentuk aksi mindfulness for teaching, kata Hari Dewanto, dengan menyadari secara penuh semua aktivitas belajar mengajar yang dilakukan dan meniatkan semua aktivitas tadi bernilai ibadah. ’’Mindfulness dapat memberikan ketenangan, kebahagiaan, dan keajaiban pada guru sehingga guru bisa melakukan pembelajaran dengan penuh kebahagiaan. Jadi mindfullness for teaching itu proses memperhatikan kebutuhan, pengalaman, perasaan, dan proses campur tangan sehingga siswa mempelajari hal-hal tertentu bahkan melampaui materi yang diberikan,” jelasnya.
Hari Dewanto mencontohkan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran mindfulness. ’’Di antaranya fokus pembelajaran konvensional pada pelajaran, sedangkan mindfulness pada murid-murid. Touch (sentuhan) konvensional pada logika murid, sedangkan mindfullness pada hati murid. Juga transform pada konvensional dari mampu menjadi tidak mampu, sedangkan pada mindfulness dari tidak mau menjadi mau.
Sikap patuh pada konvensional kemampuan untuk membuat siswa melakukan apa yang Anda inginkan. Sedangkan mindfulness kemampuan untuk membuat siswa melakukan apa yang mereka inginkan,’’ ungkapnya. (rls)