Manajemen dan Serikat Pekerja Regional 7 PTPN Komitmen Kawal Bersama Pencapain Kinerja 2024

--

Sedangkan sebagai orang yang berjiwa Serikat Pekerja, dia punya tanggung jawab moral untuk memberikan hak-hak normatif, terutama kesejahteraan yang secara otomatis melekat pada setiap pekerja.

“Kalau dilihat secara utuh, maka diri saya ini fifty-fifty, 50—50. Pada posisi ini saya harus bijak dan tepat. Saya harus berupaya keras untuk menjadikan perusahaan ini sustain, dan dari sisi Serikat saya harus memastikan pekerja mendapat hak-haknya. Saya harus pastikan tagline “Perusahaan Sehat Karyawan Sejahtera” itu tidak pakai koma, apalagi titik. Begitu perusahaan sehat secara otomatis karyawan harus sejahtera,” kata dia.

Ada banyak pesan teknis dan motivasi moral yang disampaikan Tuhu Bangun kepada seluruh karyawan Regional 7, baik PTPN I maupun PTPN IV KSO. Tuhu Bangun juga menggunakan kata ganti “Kawan Juang” untuk para pengurus dan anggota SPPN VII.

Ia juga mengajak seluruh pekerja untuk menunjukkan sumbangsih terbaik untuk perusahaan agar kemanfaatan diri dan ilmunya dirasakan lebih luas.

Namun demikian, secara sistematik Tuhu Bangun memberi empat panduan perilaku kepada setiap insan PTPN maupun secara tim. Yakni, sikap responsibility (responsif, peduli), sense of belonging (rasa memiliki), innovation and creativity, dan fokus kepada sasaran.

Dari empat poin itu, Tuhu Bangun membumikan kepada beberapa kasus yang mencerminkan sikap. Untuk responsibility, Tuhu memberi contoh kepada beberapa Unit Kerja atau Kebun yang selama ini kesulitan mencapai target. Padahal, secara potensi di kebun ada dan tersedia.

“Ketika kita mendapati sesuatu yang kurang maksimal, maka harus responsif dan peduli. Losses karet, misalnya, itu beda antara losses dicuri orang dengan losses oportunity. Kita harus kejar lossesnya dimana. Apakah dicuri atau potensi yang tidak tergali. Jangan-jangan produk kita banyak tetapi tidak tergarap. SPPN juga harus ikut peduli. Kalau perlu, ikut kawal operasional membantu manajemen,” kata dia.

Soal rasa memiliki, Tuhu Bangun juga menyindir masih banyak karyawan pimpinan yang kurang maksimal menyumbangkan ilmunya, keahliannya, dan potensi dirinya kepada perusahaan.

Salah satu sikap yang kurang terpuji, kata dia, adalah merasa dan menempatkan diri pada posisi aman dan nyaman, meskipun kinerja perusahaan tidak baik-baik saja.

“Sense of belonging itu harus keluar darihati, bukan cuma formalitas menjalankan kewajiban. Infakkan ilmu kita, kompetensi kita, jabatan kita, dan seluruh potensi yang ada untuk kebangkitan perusahaan. Jangan memelihara sikap dan memilih posisi comfort zone sehingga tidak peduli,” tambah dia.

Dari sisi kreativitas dan inovasi, Tuhu Bangun meminta semua elemen untuk terus mengisi pikiran dengan setiap tantangan tugas dalam rangka menemukan formula terbaik dan paling menguntungkan.

Dengan selalu memikirkan setiap masalah dan kendala yang ada, terlebih ketika diketahui masih ada ruang perbaikan, maka seharusnya seorang pemimpin menggalang pemikiran untuk mengatasi.

Sedangkan soal fokus, Tuhu Bangun menyebut masih banyak pemimpin yang mudah menyerah dan meninggalkan gelanggang tanpa hasil. Hal itu karena pikiran tidak fokus kepada sasaran yang akan dituju.

“Saya sudah pesan kepada lima Kebun Karet di Lampung, Way Lima, Way Berulu, Tulung Buyut, Bergen, dan Kedaton agar fokus kepada areal yang menghasilkan. Kawal dan pantau secara ketat supaya produksi maksimal. Jangan terlena ke areal yang minim karena akan memecah fokus. Dan hasilnya bagus. Di Wali (Way Lima), ada yang dapat 35 kg/HK (hari kerja),” kata dia.

Secara umum, Tuhu Bangun juga berpesan kepada seluruh pekerja yang nota bene adalah anggota SPPN VII untuk solid di serikat pekerja dan solid di organisasi manajemen.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan