Biaya Logistik di Indonesia Masih Tinggi
Editor: Syaiful Mahrum
|
Selasa , 01 Oct 2024 - 13:35
MACET: Kemacetan adalah salah satu biang kerok tingginya biaya logistik di Indonesia. --FOTO DERY RIDWANSAH/JAWAPOS.COM
JAKARTA - Biaya logistik nasional Indonesia masih terbilang tinggi, sekitar 14 persen. Diharapkan bisa ditekan sampai 9 persen pada 2045 demi mendukung Visi Indonesia Emas 2045 sehingga Indonesia dapat keluar dari middle income trap menuju negara maju.
Sejumlah hal menjadi pemicu tingginya biaya logistik nasional. Mulai dari infrastruktur jalur logistik yang kurang memadai (baru Sumatera dan Jawa yang punya jalan nasional), kemacetan (yang menyebabkan kerugian USD4 miliar setara 0,5 persen PDB per tahun), serta kelebihan dimensi dan muatan atau over dimension overload/ODOL.
Berbeda dari negara maju yang sudah mulai mengurangi ketergantungannya pada jalur darat (kendaraan roda empat dan roda dua) dan beralih ke kereta api maupun jalur laut, Indonesia masih bergantung (90 persen) pada jalur darat. Karena itu, pemerintahan baru terus berupaya memperbaiki infrastruktur logistik nasional agar bisa menekan biaya logistik.
Dalam dokumen Asta Cita (visi-misi) Presiden dan Wakil Presiden Terpilih Prabowo-Gibran, disebutkan sejumlah misi yang akan mereka jalankan. Misalnya, membangun pengendalian korupsi pada Sistem Logistik Nasional yang mengintegrasikan sektor perhubungan, perdagangan dengan pertanian, perikanan, kelautan, dan pedesaan. Sehingga tidak saja mendorong kemudahan berusaha atau Ease of Doing Business/EoDB, tetapi juga efisiensi pada biaya produksi.
Kemudian menyinergikan pembangunan jaringan transportasi (darat, laut, dan udara) dan pengembangan kawasan strategis yang dilakukan secara terintegrasi dalam suatu konsep perencanaan serta pengelolaan yang terpadu. Juga pembentukan kelembagaan integrator dari arus barang untuk mengoordinasi layanan transportasi multimoda dan distribusi logistik.
Tak ketinggalan, pemerintah lewat Kominfo juga menciptakan Visi Indonesia Digital 2045 yang juga mencakup rencana strategis pemerintah untuk mendigitalisasi semua sektor penting, termasuk logistik. Namun, upaya pemerintah seorang diri tak cukup kuat untuk mengatasi permasalahan logistik yang begitu pelik. Kolaborasi dan partisipasi sektor swasta juga sangat diharapkan.
Menyadari bahwa permasalahan logistik muatan berat lebih kompleks dibandingkan apa yang terlihat dalam pandangan, AGROS, penyedia sistem terpadu satu pintu/one stop service yang berfokus pada pelayanan jasa logistik muatan berat, hadir dengan satu misi meningkatkan kualitas pelayanan logistik. "AGROS punya kesamaan misi dengan pemerintah, yakni menyederhanakan rantai logistik dan menekan biaya logistik seefisien mungkin dengan digitalisasi. Untuk itu, kami siap mendukung program pemerintahan yang baru di sektor logistik," ujar CEO AGROS Arman Solichin.
Tidak hanya itu. Dengan layanan AGROS, sistem dokumentasi logistik akan lebih terstruktur karena semua kegiatan tercatat secara rapi dan dibuat sesuai dengan standar logistik, terutama trucking di jalur darat saat ini. Dengan adanya kemudahan menyimpan semua data, diharapkan semua pemilik bisnis memiliki kesempatan untuk mengolah semua data yang dimiliki guna mengembangkan bisnis ke depan.
Selain itu, juga bisa melakukan efisiensi secara operasional berdasarkan data yang sudah disimpan secara digital, rapi, rigid, dan bisa diakses secara aman dan aman di kapanpun dan dimanapun. Terlebih lagi, AGROS tak pernah berhenti berinovasi demi layanan logistik yang lebih efisien di Indonesia.
Saat ini, AGROS sudah menciptakan ekosistem digital yang tersimplikasi dalam sebuah aplikasi bernama AGROS Partner & AGROS Shipper. Hal ini dibuat untuk memudahkan kebutuhan pelanggan dengan segala latar belakang dan kebutuhan transaksi yang sudah dibuat sesederhana mungkin dan sesuai dengan kondisi logistik saat ini.
Arman menjelaskan, AGROS kini menawarkan kemudahan penggunaan melalui website dan aplikasi mobile, agar dapat mempercepat operasional dan memangkas waktu untuk meningkatkan efisiensi. AGROS juga menjaga keamanan data pengguna dan kemudahan transaksi digital tanpa melalui pihak ketiga.
Isu big data juga menjadi salah satu hal yang sangat diperhatikan oleh tim AGROS. Oleh sebab itu, dengan menggunakan aplikasi ini, semua kegiatan akan tercatat dan terdokumentasi secara baik secara real time yang dapat ditarik sewaktu-waktu apabila membutuhkan data untuk evaluasi.
Lewat berbagai upaya dan inovasi, Arman percaya solusi yang ditawarkan AGROS bisa turut membantu pemerintah menekan biaya logistik dan menggapai Indonesia Emas 2045. Pada Juni–Juli 2024, AGROS berhasil mendapatkan 1.000 Kerabat Transporter baru yang siap ikut serta dalam pengembangan logistik digital.
Juga mengembangkan sayap dengan memiliki rekanan hingga Bali dan Medan. Hal ini merupakan salah satu langkah kecil AGROS untuk menyebarluaskan ekosistem digital dalam bidang logistik di Indonesia. (jpc)