Epidemiolog UI: Monkeypox Bisa Sembuh dengan Sendiri

ilustrasi monkeypox.-Foto Pixabay-

BANDAR LAMPUNG, RADAR LAMPUNG - Monkeypox (mpox) atau cacar monyet ternyata bisa sembuh dengan sendirinya. Dengan perawatan medis yang tepat, penyakit ini hanya butuh waktu 2-4 minggu saja untuk sembuh.

Demikian diungkapkan Epidemiolog dari fakultas kesehatan masyarakat Universitas Indonesia (UI), dr. Syahrizal Syarif.

“Dengan penanganan yang baik, pasien dapat pulih dalam waktu dua hingga empat minggu,” ujarnya dikutip dari Antara.

Ia menjelaskan, penyebaran mpox di Indonesia disebabkan oleh strain clade 2. Clade ini lebih sulit menular dan memiliki tingkat kematian yang rendah, yakni kurang dari 1%. Sementara, strain clade 1 yang lebih umum di Afrika memiliki tingkat kematian antara 5-10%.

 

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, strain clade 2 yang ditemukan di Indonesia memiliki risiko penularan yang lebih rendah dibandingkan dengan clade 1.

Walaupun bukan merupakan penyakit endemik di Indonesia, lanjutnya, mpox tetap menjadi ancaman bagi kelompok yang berisiko tinggi.

“WHO telah menyatakan mpox sebagai public health emergency of international concern. Penyakit ini berpotensi menyebar secara terbatas di Indonesia, terutama pada kelompok-kelompok yang berisiko tinggi. Oleh karena itu, kewaspadaan dan pencegahan tetap harus terus ditingkatkan,” jelasnya.

Mpox memiliki dua tahapan gejala utama. Tahap pertama ditandai dengan demam, sakit kepala, batuk, pilek, serta pembengkakan kelenjar getah bening di leher dan ketiak.

Gejala tersebut kemudian berkembang menjadi ruam di kulit. Pada tahap selanjutnya, ruam ini berubah menjadi benjolan yang berisi nanah, yang kemudian pecah dan mengering menjadi koreng.

 

Ia menambahkan, ruam biasanya muncul di area wajah, tangan, punggung, dan mulut, namun pada wabah pada 2022-2023, ruam juga sering ditemukan di area genital dan anus. "Mpox dapat menular melalui kontak erat dengan penderita," ungkapnya.

Ia menambahkan, mayoritas kasus yaitu sekitar 86 persen terjadi pada pria yang berhubungan dengan sesama jenis, dan sekitar 6% terjadi pada kelompok transgender dan biseksual.

Meskipun mpox bukan merupakan penyakit menular seksual, penularan lebih mungkin terjadi pada kelompok berisiko tinggi melalui kontak fisik langsung atau hubungan seksual.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan