Suplementasi Alginat untuk Meningkatkan Produksi Udang Vannamei
TINGKATKAN PRODUKSI UDANG: Tim Pkm Unila bersama mitra tambak udang Hi. Khumaedi di Desa Berundung, Ketapang, Lampung Selatan.-FOTO DOK. TIM PKM UNILA-
#
--- Tri Dharma Unila---
Oleh:
Dr. Agus Setyawan, S.Pi., M.P. dan Tim PKM
Program Studi Budi Daya Perairan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian Unila
TIM Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Universitas Lampung (Unila) terdiri dari empat dosen dan mahasiswa Program Studi Budi Daya Perairan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian melakukan diseminasi suplemen alginat guna meningkatkan produksi udang vannamei di tambak masyarakat Desa Berundung, Lampung Selatan. Ini berdasarkan hasil laporan pemantauan tahunan oleh Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu Hasil Perikanan (BKIPM) Lampung menunjukkan beberapa jenis penyakit terus ditemukan pada sampel udang dari Lampung Selatan. Seperti white spot disease (WSD) yang disebabkan virus WSSV (white spot syndrome virus), dan invectious myonecrosis virus (IMNV).
Munculny penyakit itu, kata Dr. Agus Setyawan, S.Pi., M.P. selaku Ketua Tim Pkm ini, mengancam produksi udang. Sementara, udang yang terinfeksi penyakit virus biasanya harus segera dilakukan panen dini untuk mencegah penyakit tidak menyebar lebih luas.
Menurutnya salah satu permasalahan yang sampai sekarang masih dikeluhkan petambak udang di Kabupaten Lampung Selatan khususnya di Desa Brundung, Kecamatan Ketapang, adalah penurunan kualitas air di pesisir timur Provinsi Lampung yang berpotensi menjadi pemicu munculnya beberapa penyakit pathogen oportunistik pada udang vannamei yang selalu ada di perairan.
Namun, penanggulangan penyakit dengan penggunaan obat-obatan memiliki risiko yang tidak baik bagi pencemaran lingkungan dan biaya yang sangat mahal. Karenanya, salah satu upaya yang rasional dan mudah diterapkan pembudidaya udang adalah dengan menjaga imunitas udang untuk melawan patogen yang selalu ada di perairan yang mengancam produksi udang vannamei.
"Universitas Lampung telah mengkaji beberapa upaya untuk mengendalikan penyakit pada udang vananmei diantaranya adalah dengan suplementasi alginat yang diekstrak dari Sargassum," katanya.
Sargassum, jelasnya merupakan salah alga cokelat yang jumlahnya sangat melimpah di pesisir perairan Lampung. Hasil uji suplementasi secara laboratorium mampu meningkatkan ketahanan udang vananmei terhadap infeksi WSSV.
”Karenanya sudah menjadi tanggung jawab perguruan tinggi untuk mendesimanikan hasil kajiannya untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan diseminasi suplementasi alginate untuk meningkatkan produksi udang vannamei di Lampung Selatan melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat,” ungkap Agus.
Kegiatan ini, lanjutnya, bertujuan meningkatkan pemahaman dan ketrampilan pembudidaya udang di Desa Berundung, Kecamatan Ketapang, Kabupaten Lampung Selatan dalam ekstraksi dan pemanfaatan alginat serta meningkatkan produksi udang vannamei dengan suplementasi alginat.
Ada pun Tim PkM-nya selain Agus Setyawan sendiri yaitu Siti Hudaidah, Supono, Hilma Putri Fidyandini yang kesemuanya merupakan dosen Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian Unila, serta dua mahaaiswanya yaitu Agung Prasetyo dan Hilma Nahwa Firdausi Mahasiswa.
Kegiatan PkM ini, kata Agus, bekerjasama dengan mitra yaitu Tambak Hi. Khumaedi di Desa Berundung, Ketapang, Lampung Selatan. ”Dari diskusi dengan mitra dirumuskan dua masalah utama yakni banyaknya kasus kematian udang akhir-akhir ini di lokasi kegiatan dan mitra belum mengetahui pemafaatan sargassum untuk pembuatan alginat dan pemanfaatan alginat untuk suplemen imunostimulan pada budidaya udang,” sebutnya.
Dalam PkM ini, masih menurut Agus, dilakukan ceramah dan diskusi di kediaman Bapak Hi. Khumaedi di Desa Berundung, Kecamatan Ketapang, Lamsel. Sebanyak 20 peserta ikut serta dalam kegiatan ini. Masing-masing terdiri dari pemilik tambak, teknisi, anak kolam, dan pengepul udang yang berasal dari Lampung Selatan dan Lampung Timur.
Pelatihan ekstraksi alginat sendiri dilakukan secara luring dan daring. ”Pelatihan secara luring dilakukan di tambak Bapak Hi. Khumaedi, sedangkan pelatihan secara daring dengan memberikan panduan ekstraksi berupa modul dan video untuk dipraktekkan mitra,” terangnya.
Menurutnya mitra juga terus melakukan komunikasi aktif dengan tim PkM jika menemukan kendala-kendala saat pelatihan maupun diseminasi alginat di tambak. Dengan metode seperti ini, mitra jadi lebih mandiri dalam melakukan ekstraksi alginat sehingga diharapkan dapat terus berlanjut meskipun kegiatan PkM telah selesai dilaksanakan.
Hasil dari ekstraksi yang dilakukan mitra, katanya, didapatkan rendemen alginat sebanyak 25-30% dari berat kering sargassum. Alginat yang telah diekstraksi selanjutnya dijadikan suplemen imunostimulan yang dicampur dalam pakan udang dengan dosis 120 ml/kg pakan.
Alginat tersebut didiseminasikan untuk 6 petak tambak dengan luas sekitar 1500 m2 dan padat tebar berkisar 100 ekor/m2. "Hasil dari diseminasi menunjukkan adanya peningkatan kelulushidupan udang vannamei pada 5 petak tambak dan telah dilakukan panen parsial pada DOC 60 dan DOC 67 dengan total panen mencapai 370 kg," katanya.
Dari hasil ini, pungkas Agus, diketahui diseminasi alginat sebagai suplemen imunostimulan untuk budidaya udang di tambak terbukti berhasil meningkatkan pemahaman dan keterampilan masyarakat pembudidaya udang dalam manajemen kesehatan udang dan meningkatkan produksi udang vannamei di Desa Berundung, Ketapang, Lampung Selatan. (rma/c1/rim)