Bawaslu Header

Pahlawan Nasional asal Lampung Radin Inten II

-FOTO IST-

Perlawanan dari para tokoh ini cukup merepotkan Belanda. Mereka menggerakkan perlawanan dengan menyasar pos-pos militer Belanda di berbagai daerah. Di antaranya Semaka dan Sekampung.

Tidak itu saja, Radin Inten II juga membangun dan memperkuat benteng-benteng yang ada. Terutama dua benteng yang terkenal yaitu Benteng Bendulu dan Benteng Ketimbang. 

Benteng biasanya dibangun di lereng gunung yang terjal. Tujuannya agar musuh sangat sulit untuk mencapainya. Benteng juga memiliki persenjataan cukup mumpuni berupa meriam dan senjata tradisional lainnya. 

Di setiap benteng, Radin Inten II juga menyiapkan bahan makanan berupa beras dan hewan ternak. Langkah ini sebagai antisipasi jika perang berlangsung lama.

Tentu saja perlawanan ini membuat Belanda gerah. Apalagi, sejak 16 tahun terakhir tidak ada perlawanan di wilayah Lampung Selatan yang semasif itu. Hingga akhirnya, pada tahun 1851, Belanda terpaksa mengirim pasukan dari Batavia. 

Pasukan itu terdiri dari 400 prajurit di bawah pimpinan Kapten John. Misi pasukan tersebut adalah merebut kembali Benteng Ketimbang yang dipimpin oleh Radin Inten II. 

Namun kegigihan perlawanan Radin Inten II membuahkan hasil. Pasukan asal Batavia itu mampu dikalahkan. Kegagalan ini memaksa Belanda mengubah strategi. 

Belanda menunjuk Kapten Kohler -seorang Asisten Residen Belanda di Teluk Betung- untuk mengadakan perundingan dengan Radin Inten II.

Namun perundingan berjalan cukup alot. Setelah berkali-kali mengadakan perundingan, kedua kubu akhirnya sepakat untuk tidak saling menyerang. Sayang, rupanya perjanjian itu hanya bagian dari strategi Belanda sambil menunggu kesempatan untuk melancarkan serangan besar-besaran.

Di mata Belanda, Radin Inten II dan pasukannya harus dikalahkan dengan cara apapun. Belanda merasa kedudukan mereka di Lampung Selatan akan tetap terancam jika Radin Inten II masih tetap berkuasa.

Sebelum memulai serangan, Belanda berusaha memecah belah masyarakat Lampung Selatan. Taktik devide et empera atau pecah belah dilancarkan. Belanda berupaya mengadu kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Taktik ini cukup efektif. Di kalangan masyarakat akhirnya timbul rasa saling mencurigai.

Sejumlah tokoh masyarakat Kalianda termakan hasutan Belanda. Mereka lantas berbalik memusuhi Radin Inten II. Para tokoh ini tak lagi menghalangi pasukan Belanda ketika hendak berpatroli disekitar Gunung Rajabasa.

Pada 10 Agustus 1856, Belanda memberangkatkan pasukan lengkap dari Batavia. Pasukan ini terdiri dari prajurit infanteri, arteleri dan zeni. Kekuatan pasukan ini masih ditambah dengan pasukan bangsawan Lampung yang sudah termakan bujuk rayu Belanda

Kehadiran iring-iringan kapal perang Belanda terlihat oleh Singa Beranta ketika memasuki perairan Lampung Selatan. Singa Beranta lalu mengirimkan kurir kepada Radin Inten II guna memberitahukan hal tersebut. Mendapat informasi itu, Radin Inten II dan pasukannya mempersiapakan diri.

Pasukan Belanda kemudian mendarat di Pantai Canti. Pasukan kolonial ini dengan sombongnya memberi ultimatum kepada Radin Inten II untuk menyerah dalam waktu 5 hari. 

Tag
Share