KPU Lampung Sasar Diklih 1,2 Juta Lansia dan Baby Boomer
SOSDIKLIH PILKADA: Kadiv Sosdiklih dan Parmas KPU Lampung saat pendidikan pemilih kepada kelompok rentan pemilih Pilkada 2024. -FOTO IST -
BANDARLAMPUNG - KPU Provinsi Lampung menyasar hampir 20 persen lansia dan baby boomer yang masuk dalam daftar pemilh tetap (DPT) Pemilu 2024, untuk sosialisasi pendidikan pemilih (sosdiklih) Pilkada 2024.
Kadiv Sosdiklih dan Parmas KPU Provinsi Lampung Antoniyus Cahyalana menjelaskan, ada sekitar hampir 20 persen pemilih yang masuk kategori rentan. Di mana, yang rentan adalah lanjut usia (lansia) dan Baby Boomer.
Sosialisasi ini dilakukan untuk memberikan pemahaman-pemahaman kepada kelompok rentan, agar bisa menjaga tingkat partisipasi pemilih di Provinsi Lampung.
“Sudah kita lakukan sosialisasi terhadap kelompok rentan ini karena jumlahnya lumayan banyak,” kata Antoniyus, Senin 12 Agustus 2024.
DIjelaskan Anton, merujuk pada Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2024, data lansia (diatas 76 tahun) mencapai 145.210 orang, dan baby boomer berjumlah 1.145.274 (usia 56-76 tahun).
“Ini kelompok rentan yang memang mesti diberikan pemahaman-pemahaman tentang kepemiluan. Untuk baby boomer itu angkanya 17,51 persen sementara yang lansia tiu 2,2 persen, Ya hampir 20 persenan lah dari DPR Pemilu 6.539.128,” kata dia.
Dijelaskan dia, pihaknya awalnya menyangka kelompok rentan dalam dua kategori ini gagap teknologi (Gaptek). Namun faktanya, mahir di dunia maya.
“Mereka punya media sosial terutama facebook, mereka cari informasi dan baca berita online. Namun, kelompok ini rentan terhadap penipuan, penyebaran berita hoax. Ini menjadi salahsatu kita melaksanakan diklih ke mereka dan literasi digital,” ujarnya.
Derasnya arus digitalisasi ditakutkan bisa berdampak kepada kondisi kelompok rentan ini. Ada beberapa sub kelompok rentan misalnya pada wanita, dan beberapa sub kelompok lainnya.
“Sering kali perempuan ini hanya dijadikan objek saja, peran di publiknya sedikit, sementara jumlah nya banyak. Kemudian difabel, kelompok daerah terisolir yang jarang mendapatkan informasi kepemiluan, pemilih di rutan termasuk buruh pabrik,” kata dia.
“Jadi intinya memberikan edukasi ini menjadi pilar utama. Agar mereka faham ketika merka faham, mereka jadi mau memberikan hak suaranya,” tambah Anroniyus.
Terkait materi yang disampaikan, tentunya kata Anton adalah mengenai ajakan memilih, pilkada damai dan beberapa diklih lainnya yang kaitannya dengan partisipasi.
“Yang kita tekankan adalah saring sebelum sharing. Kelompok ini banyak menerima informasi dari WA Grup misalnya, yang terkadang tidak jelas sumbernya. Terkadang diteruskan tanpa melihat isinya. Dibaca dulu, dicerna, kalau memang hoaks kan ya cukup berhenti di dia saja,” kata Anton.
Ada berbagai tantangan yang dihadapi dalam edukasi diklih kepada kelompok rentan ini.