One of the Standards of Beauty
-Ilustrasi Freepik -
"Hei, Ddekil. Pulang sekolah kamu carikan keperluan kita untuk menggambar peta, ya!" perintah seorang gadis berambut pirang atau yang sering dipanggil Licy, salah satu gadis yang sering mengejekkunya.
"Maaf Licy, bukannya menolak, tapi aku tidak mempunyai kendaraan dan uang untuk mencari perlengkapannya," sahut Gitta.
"Ah, .....bBukankah kamu pindahan dari luar negeri? Pasti kamu mempunyai uang saku yang banyak! Kendaraan umum juga sudah banyak! Cari alasan saja!"
"Maaf, Licy."
"Heh, kamu membantah!"
"Maaf, Licy, tapi aku benar-benar tidak bisa."
"Bukankah kita bisa cari bersama-sama dan sokongan untuk membeli perlengkapan," seru Asteria datang melerai mereka.
"Aku tidak mau mencari perlengkapan dengan gadis yang dekil dan jelek ini! Dia benar-benar tidak cocok dengan kita!" seru Licy
"Sudahlah, jangan bertengkar!" seru Asteria yang diikuti oleh dianggukan oleh anggota kelompok yang lain.
Tiba-tiba Licy pergi mengambil wadah minumnya dan menumpahkan isi minumnya ke rok Gitta.
"Licyyyy!" seru Asteria dengan kesal.
"Ah... Biarkan saja. Makasih, ya" sahut Gitta.
Licy pergi keluar kelas tidak peduli.
Aku bertekad untuk mengubah sudut pandang teman-temanku kepada orang-orang berkulit gelap. Berkulit gelap bukan berarti bisa menentukan kepribadian orang tersebut.
Begitu bel pulang sekolah berbunyi, kami buru-buru mengikuti Alvin, ketua kelas sekaligus ketua kelompok kami.