Embun pagi Cerpen karya Triara Rustia

Kamis 30 May 2024 - 18:20 WIB
Reporter : Rizky Panchanov
Editor : Rizky Panchanov

Ayah dan ibu menanyakan apakah aku lulus seleksi itu.

“Gimana hasilnya, Din? Apa kamu lulus seleksi itu?” tanya ibu penasaran. 

“Kali ini belom berhasil, Bu. Mungkin memang belum rezekinya” jawabku dengan tersenyum.

. “Gak pa-pa. Kamu hebat udah berjuang sampai di titik ini. Jangan pernah berhenti untuk berjuang karena kamu bisa mencobanya lagi di tahun  depan. Sapa tahu tahun depan kamu lulus seleksi.” ucap ayah sambil meyakinkan diriku.

Saat itu perasaanku sedih, tapi aku tak berlarut-larut dalam kesedihan itu. Aku yakin bahwa Tuhan telah merencanakan sesuatu yang baik untukku di kemudian hari.

 

Setelah aku gagal dalam hal itu, aku mencari hal-hal baru untuk kulakukan. Aku tidak bisa hanya berdiam diri saja di rumah. Aku harus membantu perekonomian keluargaku. Aku pun mencoba untuk melamar pekerjaan di sebuah minimarket yang tidak jauh dari tempatku tinggal. Setidaknya aku bisa membantu meringankan beban ayah dan ibu.

Tidak terasa sudah setahun aku bekerja di sana. Aku sudah merasa nyaman bekerja di sana. tetapi aku juga ingin mendaftarkan diri sebagai mahasiswi kedokteran melalui tes seperti tes tahun lalu yang kuikuti. Aku bingung. Aku sudah merasa nyaman bekerja di sana dan di sisi lain aku ingin menggapai tujuan awalku menjadi seorang dokter. Aku tidak bisa memilih dari keduanya. Aku harus melepaskan pekerjaanku itu dan fokus ke tujuan awalku.

Aku melalui proses yang sangat panjang. Kurang lebih 12 tahun aku menyelesaikan studiku. Mulai dari mengikuti program sarjana kedokteran, program profesi, internship, hingga program spesialis. Pada akhirnya aku lulus menjadi seorang dokter. Melihat senyum di wajah ayah dan ibuku, terbayarkan sudah penantian panjang mereka terhadap diriku. Kini aku sudah menjadi seorang dokter dan aku berharap diriku bisa bermanfaat bagi orang banyak.

Tak ada yang tidak mungkin kalau kita mau berusaha, berdoa serta tidak pantang menyerah dalam menghadapi segala rintangan yang ada. Percayalah, usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Jika hari ini kita gagal, mungkin itu cara Tuhan untuk menguji kesabaran kita. Jika kita menjalaninya dengan sabar dan iklas, percayalah, Tuhan akan memberikan sesuatu yang indah yang tak pernah kita duga bagaikan embun pagi yang mengalami  proses sepanjang malam untuk menghasilkan tetesan embun di pagi hari yang banyak orang rasakan dan nikmati dengan kesenangan hati. Belajarlah dari embun pagi itu karena embun pagi mengajarkan kita bahwa segala sesuatu selalu diawali dengan rasa syukur dan embun adalah tanda keikhlasannya.

Apapun yang Tuhan berikan kepada kita harus kita syukuri, walaupun menurut kita itu sesuatu hal yang buruk bagi kita. Apapun itu kita harus selalu bersyukur dan ikhlas dalam menjalani segala sesuatu yang Tuhan berikan kepda kita karena rencana Tuhan lebih baik dari rencana kita sebab Tuhan adalah Sang Pencipta yang mengetahui segalanya.

Perasaan sedih itu hanya sementara karena nanti akan ada lagi saatnya kita kembali untuk tertawa merasakan damai dan bahagia karena dengan hadirnya perasaan gagal, kecewa serta tidak baik-baik saja ini, akan memberikan kita sebuah arti dari rasa syukur dan rasa menghargai. Semua itu akan menjadikan kita manusia yang kuat, manusia yang begitu  perasa  dan peduli terhadap sesama.

Jadi, kita semua akan bahagia. Ada waktunya dan tidak perlu terburu-buru karena Tuhan memiliki skenario yang indah untuk orang-orang yang sabar dan ikhlas dalam menghadapi masalah-masalah yang ada. Dinikmati saja dan ambil hikmahnya karena itu semua hanya sementara. Nanti akan ada saatnya kita kembali untuk merasakan bahagia.(*)

 

Kategori :

Terkait

Jumat 09 Aug 2024 - 21:35 WIB

Untaian Asa

Jumat 02 Aug 2024 - 21:40 WIB

One of the Standards of Beauty

Jumat 26 Jul 2024 - 22:34 WIB

Beda yang Sama

Jumat 19 Jul 2024 - 22:15 WIB

Irreplaceable

Jumat 12 Jul 2024 - 22:20 WIB

Manusia Pilihan