Kemudian Kabupaten Lampung Selatan 158 kasus, Waykanan (157), Pesawaran (124), Mesuji (118), Lampung Barat (106), Bandarlampung (105), Metro (98), dan Pringsewau (84).
Selain angka kasus DBD yang tinggi, penyakit ini juga telah memakan banyak korban jiwa. Pada Januari, tercatat ada dua kasus meninggal dunia. Sedangkan untuk Februari ada enam meninggal dunia. Sedangkan Maret terjadi 4 kasus meninggal dunia.
Rinciannya Pringsewau 3 kasus, Pesisir Barat (3), Lampung Utara (2), Lampung Timur (2), Lampung Tengah dan Mesuji masing-masing 1 kasus.
Menurut Edwin Rusli, terjadinya peningkatan resiko penularan dengue pada tahun ini dipengaruhi cuaca. Seperti tahun 2023 lalu karena El Nino. Sedangkan, pada 2024 tingginya penularan dengue dipengaruhi perubahan iklim karena curah hujan yang tinggi atau La Nina.
Edwin Rusli menyatakan, kasus kematian karena DBD pada 2024 ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2023 dengan periode yang sama. Pada tahun 2024 sampai April ada 12 kasus kematian karena DBD. Sedangkan pada 2023, hanya ada 4 kasus kematian. Yaitu di Lampung Tengah dan Kota Metro masing-masing 2 kasus kematian.
Terkait tingginya kasus DBD, Edwin Rusli mengungkapkan, pihaknya terus mengimbau kepada masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal.
“Kami sudah menerbitkan surat edaran. Selain itu, kami juga minta kepada masyarakat untuk dapat menjaga kebersihan serta memperhatikan kondisi lingkungan tempat tinggalnya masing-masing,” ujar Edwin Rusli.
Menurut Edwin Edwin, untuk membasmi sarang nyamuk sebagai tempat berkembang biak, masyarakat dapat menguras serta menutup tempat-tempat penampungan air.
“Kemudian yang penting adalah mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk itu sendiri,” tuturnya.
Sementara itu, untuk gejala umum masyarakat yang terkena DBD ialah seperti demam hingga keluar bintik merah pada tubuh.
“Umumnya gejala DBD adalah demam mendadak dan tidak turun dengan obat penurun panas, atau demam menurun di hari ke empat tetapi keadaan umum menurun, sakit kepala, ada yang sakit persendian, ruam pada kulit, muntah terus menerus, dan ada mimisan,” ungkapnya.
Ia menambahkan, ada pula beberapa kasus yang tidak memiliki gejala dimana dalam dunia kesehatan hal ini disebut dengan without warning sign.
“Meskipun tak bergejala, namun tetap berbahaya karena sering dianggap enteng oleh masyarakat yang kurang edukasi tentang gejala DBD. Jadi semua harus tetap waspada,” tutupnya. (nop/rnn/c1/abd)