JAKARTA – Kredit perbankan terus meningkat sehingga mendukung upaya memperkuat pertumbuhan ekonomi. Pada Februari, penyaluran kredit sebesar Rp7.047,1 triliun atau tumbuh 11 persen year-on-year (YoY). Sejalan dengan meningkatnya pembiayaan ke debitur korporasi dan perorangan.
Dalam analisis uang beredar Bank Indonesia (BI), berdasar kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit ditopang kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi.
”Masing-masing sebesar 11,9 persen YoY; 11,3 persen YoY; dan 9,3 persen YoY,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono.
Kredit modal kerja masih tumbuh double digit. Hanya saja sedikit menurun dibanding penyaluran Januari yang tumbuh 12,1 persen secara tahunan. Sektor yang menyumbang pertumbuhan yakni keuangan, real estate, dan jasa perusahaan, serta pertambangan dan galian.
BACA JUGA:Benarkah THR Kena Pajak? Simak Perhitungannya
Sedangkan, kredit investasi bersumber dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta tambang dan galian. Untuk kredit konsumsi masih disumbang kredit pemilikan rumah (KPR), kredit kendaraan bermotor (KKB), dan kredit multiguna.
Erwin menjelaskan, kredit properti pada Februari juga tumbuh lebih rendah dari bulan sebelumnya. Yakni tumbuh 7,9 persen YoY dibanding 8,3 persen. Pertumbuhan berasal KPR dan kredit pemilikan apartemen (KPA) meningkat 12,6 persen YoY serta kredit real estate yang tumbuh 8,5 persen YoY.
”Sementara itu kredit konstruksi masih terkontraksi 0,1 persen YoY setelah di bulan laporan sebelumnya tumbuh 0,1 persen YoY,” terang Erwin.
Untuk penyaluran pembiayaan perbankan ke sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) terlihat menggembirakan. Tumbuh 9,4 persen YoY, khusus skala mikro bahkan melesat 23,6 persen YoY.
BACA JUGA:Benarkah THR Kena Pajak? Simak Perhitungannya
Terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menyatakan, digitalisasi memainkan peran kunci dalam pemberdayaan dan membangun keberlanjutan usaha UMKM. Pemanfaatan teknologi digital mampu menjangkau pelaku usaha secara masif untuk meningkatkan kompetensi dan kapasitas pelaku usaha. Sekaligus efisiensi operasional hingga membukakan akses pasar yang lebih luas.
”Pendekatan holistik program pemberdayaan BRI disesuaikan dengan kebutuhan UMKM menjadi kunci penting dalam mengurai kompleksnya permasalahan pengembangan usaha mikro,” beber Supari.
Melalui percepatan digitalisasi, proses literasi mampu menjangkau lebih luas kepada pelaku usaha mikro dengan memberi banyak manfaat. Termasuk efisiensi operasional, meningkatkan produktivitas, memperluas jangkauan pasar, dan meningkatkan daya saing.
Hingga akhir 2023, BRI telah memiliki kerangka pemberdayaan yang dimulai dari fase dasar, integrasi hingga interkoneksi. Konsep revitalisasi tenaga pemasaran mikro alias mantri memiliki peran penting.
BACA JUGA:BRI Regional Office Bandar Lampung Tebar Bantuan 1.500 Paket Sembako untuk Masyarakat di 3 Kelurahan