Bukan hanya sekedar bersama dalam suasana puasa dan berbuka, yang lebih cenderung mengarah kepada persatuan simbolis, bukan esensi dan substansi. Ini terlihat pada saat menjelang dan berakhirnya bulan Ramadan.
Perbedaan pandangan dalam hal penentuan kapan memulai puasa di bulan Ramadan dan kapan mengakhirinya dengan perayaan Idul Fitri, jangan menjadi perselisihan di antara kelompok umat Islam.
Kita harus saling menghargai dan menghormati, karena masing-masing pihak mempunyai cara sendiri untuk menentukan jadwal yang mereka anggap tepat, dan mereka bersikap teguh dengan pendiriannya.
Unsur kesamaan antar umat Islam khususnya di Indonesia meskipun beda organisasinya jauh lebih banyak dari pada unsur perbedaannya. Landasan umat Islam itu sama, perbedaan yang ada hanyalah sebatas masalah cabang (furu') yang tidak prinsip.
Selama masih ada kedangkalan berpikir, ego kelompok, fanatisme mazhab, dan kepentingan politik, maka persatuan dan kesatuan umat akan sulit tercapai.
Oleh karena itu, kehadiran bulan Ramadan seharusnya menjadi momen penting umat Islam untuk mengatur dan merapatkan kembali barisannya.
Perbedaan harus segera dicari solusinya, dan setiap kelompok harus mampu bersikap dewasa untuk melepas pendapatnya demi keutuhan dan kemaslahatan umat secara umum. Makna semacam inilah yang kita inginkan.
Dalam berpuasa, umat Islam juga diajarkan dan dilatih untuk memperkuat ikatan sosial dengan bersedekah, membantu mereka yang membutuhkan, dan meningkatkan kerja sama sosial, pentingnya menjaga kesehatan dan keseimbangan fisik selama berpuasa.
Hal ini menunjukkan bahwa Islam memahami kompleksitas kehidupan manusia dan menawarkan solusi yang seimbang dan fleksibel.
Puasa tidak hanya sekedar kewajiban agama tetapi juga sarana untuk mencapai keseimbangan dan kesempurnaan dalam ibadah dan kehidupan sehari-hari.
Konsep ini mengajarkan umat Islam untuk berpuasa dengan penuh kesadaran, perhatian terhadap orang lain, kesehatan fisik dan mental yang baik, dan fleksibilitas dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan.
Melalui puasa, umat Islam dapat memperoleh manfaat spiritual dan sosial yang signifikan serta menjadi agen perubahan positif dalam masyarakat.
Dalam hiruk pikuk dunia modern yang seringkali penuh dengan tantangan dan godaan, puasa tidak hanya berarti pantang makan dan minum, tetapi juga pembentukan kepribadian dan spiritualitas yang sesuai dengan prinsip ajaran Islam.
Puasa tidak hanya sebagai aktivitas fisik, tetapi juga sebagai aktivitas spiritual jiwa untuk mencapai keseimbangan antara keinginan spiritual dan material, serta antara hubungan dengan Tuhan dan manusia lainnya.
Puasa juga dapat membentuk jiwa Islami melalui latihan disiplin diri. Puasa mengajarkan umat Islam untuk mengendalikan hawa nafsu dan hasrat duniawi.
Puasa tidak hanya meninggalkan hal-hal terlarang, tetapi juga tentang meningkatkan kesadaran akan kebutuhan spiritual yang lebih besar.