JAKARTA – Mulai 1 Januari 2024, pemerintah memberlakukan aturan baru untuk pembelian LPG 3 kilogram.
Pembelian LPG tabung melon tersebut hanya dapat dilakukan pengguna yang telah terdata. Masyarakat pengguna LPG 3 kg dapat memeriksa statusnya dengan menunjukkan kartu tanda penduduk (KTP) di subpenyalur atau pangkalan resmi. Pengguna yang belum terdata baru dapat bertransaksi setelah mendaftar dengan dibantu subpenyalur/pangkalan.
Direktur Logistik dan Infrastruktur PT Pertamina Alfian Nasution menegaskan bahwa Pertamina akan menutup agen atau pangkalan yang menjual LPG melon tanpa menggunakan KTP.
Langkah itu dilakukan untuk memperketat pengawasan dari pangkalan hingga pengecer. Harapannya, pendistribusian dapat tepat sasaran.
BACA JUGA:PPN Perdagangan Melalui Sistem Elektronik Catatkan Capaian Rp6,76 Triliun
”Apabila dia (agen atau pangkalan, Red) juga menjual tanpa NIK, gampang kita deteksi dan tentu ada tindakan yang tegas dari Pertamina terhadap pangkalan yang melakukan pelanggaran itu. Pasti kita tutup,” kata Alfian.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet memandang, kebijakan pembelian LPG 3 kg menggunakan KTP dilatarbelakangi penyaluran subsidi yang belum tepat sasaran.
”Artinya, masih ada orang yang tidak berhak menerima bantuan tersebut, tetapi pada kenyataannya menerima. Dan, di saat yang bersamaan ada orang yang berhak menerima bantuan tersebut, tetapi pada kenyataannya tidak menerima,” ujarnya kepada Jawa Pos kemarin (4/1).
Pemerintah kemudian membuat kebijakan subsidi energi langsung menyasar ke penerima atau biasa disebut by name by address.
BACA JUGA:Waspada, BRI Ingatkan Nasabah Akses Layanan Resmi
Dengan begitu, penerima subsidi juga akan terintegrasi menerima bansos lainnya.
Meski begitu, Yusuf menggarisbawahi perlunya data akurat dan ter-update untuk memastikan bantuan bisa tepat sasaran. Langkah verifikasi juga harus diperkuat pemerintah dan Pertamina.
”Misalnya, di level pusat, seseorang telah menerima bantuan. Nah, hal ini yang kemudian perlu diverifikasi ketika misalnya mereka ingin membeli LPG 3 kg ke tempat-tempat di mana calon penerima bantuan ini tinggal,” katanya.
Menurut dia, jangan sampai ketika ingin berbelanja, verifikasi dari calon penerima bantuan tersebut tidak muncul.
”Sehingga mereka yang sebenarnya berhak menerima bantuan ini akhirnya tidak bisa menggunakan bantuan subsidi dalam bentuk baru ini,” imbuh dia.