Secara umum, mikroplastik terbagi menjadi dua jenis. Pertama, mikroplastik primer yang berasal dari berbagai produk komersial, seperti pakaian sintetis dan kosmetik. Kedua, mikroplastik sekunder yang terbentuk dari proses degradasi sampah plastik di lingkungan. Misalnya, dari botol air atau kantong plastik di lautan.
Partikelnya yang kecil dan tidak kasat mata membuat mikroplastik mudah tersebar lewat air danau, sungai, laut, tanah, bahkan udara.
Bahkan, makanan dan minuman yang dikonsumsi juga dapat berpotensi tinggi memiliki kandungan mikroplastik.
Mikroplastik dapat masuk ke dalam tubuh manusia tanpa disadari. Bisa lewat makanan, minuman, atau udara yang dihirup.
Kondisi tersebut dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius dan perlu diwaspadai, seperti beberapa penyakit.
Pertama, masalah pencernaan. Mikroplastik telah menyebar luas dan ditemukan di berbagai tanah, udara atau lautan. Partikelnya yang kecil dan tidak terlihat seringkali tidak sengaja termakan atau terhirup oleh hewan dan manusia.
Ketika masuk ke dalam tubuh, mikroplastik dapat menyebabkan iritasi pada dinding usus, mengganggu penyerapan nutrisi, hingga masalah pencernaan yang lebih serius.
Kedua, sistem endokrin. Menurut Plastic Smart Cities, mikroplastik cenderung memiliki bahan kimia seperti bisphenol A (BPA) dan phthalates.