KEBUNTEBU – Kabar gembira datang untuk para petani kopi robusta di Kabupaten Lampung Barat. Setelah sempat lesu karena harga nyaris terjun bebas pada Juli lalu, kini harga jual kopi kembali menunjukkan tren positif.
Pada Rabu (20/8), harga kopi robusta dilaporkan telah menembus angka Rp60 ribu per kilogram untuk kualitas kadar air 15 persen.
Kenaikan harga ini sontak membawa angin segar bagi petani. Pasalnya, pada pertengahan Juli, harga kopi sempat hampir pecah di angka Rp40 ribu per kilogram.
Kondisi itu membuat sebagian petani cemas dan memilih menahan hasil panen mereka. Namun, memasuki Agustus, harga mulai merangkak naik dan terus stabil hingga pertengahan bulan ini. Untuk kualitas dengan kadar air sedikit lebih tinggi, yakni 17 persen, harga berada di kisaran Rp57–58 ribu per kilogram.
Menurut Ahmad Hendra, salah satu petani kopi di Lampung Barat, tren harga yang naik ini menjadi peluang emas bagi masyarakat.
Banyak petani yang mulai melakukan penggilingan dan persiapan penjualan, sembari tetap menahan sebagian hasil panen mereka untuk memperoleh harga terbaik. Kopi Robusta
“Ini saat yang tepat untuk mengatur strategi penjualan. Jangan sampai terburu-buru menjual di harga rendah. Petani harus cermat memanfaatkan momentum,” ujarnya.
Kondisi ini juga menunjukkan pentingnya penyimpanan hasil panen dalam kondisi baik.
Dengan menjaga kualitas biji kopi, petani bisa lebih leluasa menentukan waktu penjualan sesuai pergerakan harga.
Sejalan dengan hal tersebut, seorang pemasok kopi robusta di Kecamatan Airhitam, Rosikin, membenarkan adanya kenaikan harga hingga Rp60 ribu per kilogram.
Namun, ia menegaskan, harga itu berlaku untuk biji kopi dengan kualitas yang benar-benar terjaga, terutama pada kadar air yang rendah.
“Kualitas menjadi penentu. Biji kopi dengan kadar air rendah, hasil penjemuran yang sempurna, tentu dihargai lebih tinggi. Petani harus menjaga proses pascapanen agar harga jualnya maksimal,” terang Rosikin.
Lampung Barat dikenal sebagai salah satu sentra kopi robusta di Indonesia. Dengan tren harga yang kembali stabil, petani semakin optimistis menyambut musim tanam dan panen mendatang.
Kenaikan harga ini bukan hanya soal angka, tetapi juga menjadi penyemangat baru setelah sempat dilanda kekhawatiran akibat fluktuasi pasar.
Di sisi lain, pemerintah daerah bersama kelompok tani terus mendorong edukasi agar petani lebih memperhatikan mutu hasil panen, mulai dari proses panen, penjemuran, hingga penyimpanan.