KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mengeluarkan peringatan dini mengenai potensi peningkatan kasus chikungunya di Indonesia sepanjang 2025.
Prediksi ini didasarkan pada siklus alami penyakit yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti tersebut serta faktor-faktor lingkungan yang mendukung perkembangbiakan nyamuk.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Aji Muhawarman menyatakan bahwa chikungunya memiliki pola epidemiologi yang cenderung berulang setiap beberapa tahun.
Meski demikian, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, pada dua bulan terakhir kasus chikungunya mengalami penurunan. Walaupun begitu, Aji menghimbau masyarakat agar tetap terus waspada.
"Hal ini sejalan dengan pola musim penghujan di Indonesia sehingga perlu diwaspadai adanya kenaikan kasus pada minggu mendatang. Meskipun begitu, saat ini tren menunjukkan penurunan dalam dua bulan terakhir," jelasnya kepada wartawan," ujar Aji.
Selain siklus alami, faktor perubahan iklim juga menjadi perhatian utama. Musim hujan yang diprediksi akan lebih panjang dan intens di beberapa wilayah dapat menciptakan genangan air yang menjadi tempat ideal bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak.
"Nyamuk ini tidak hanya menularkan chikungunya, tetapi juga demam berdarah dengue (DBD). Oleh karena itu, kita harus meningkatkan kewaspadaan ganda," tambahnya.