"Status internasional pada bandar udara membawa tanggung jawab yang tidak ringan, setiap bandar udara yang ditetapkan harus memastikan terpenuhinya standar keselamatan, keamanan, dan pelayanan, serta menyiapkan fasilitas imigrasi, bea cukai, dan karantina sebelum dapat melayani penerbangan langsung dari dan ke luar negeri," ujar Lukman dalam keterangan resmi, Senin (11/8)
Bandar udara yang ditetapkan sebagai bandar udara internasional adalah Bandar Udara Sultan Iskandar Muda, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh; Bandar Udara Kualanamu, Kabupaten Deliserdang, Provinsi Sumatera Utara; Bandar Udara Minangkabau, Kabupaten Padangpariaman, Provinsi Sumatera Barat; Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau; Bandar Udara Hang Nadim, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau; Bandar Udara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang, Provinsi Banten; dan Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Kota Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta.
Kemudian Bandar Udara Kertajati, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat; Bandar Udara Kulonprogo, Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Jogjakarta; Bandar Udara Juanda, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur; Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai, Kabupaten Badung, Provinsi Bali; Bandar Udara Zainuddin Abdul Madjid, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat; Bandar Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur; Bandar Udara Sultan Hasanuddin, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan; dan Bandar Udara Sam Ratulangi, Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara.
Selanjutnya Bandar Udara Sentani, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua; Bandar Udara Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur; Bandar Udara S.M. Badaruddin II, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan; Bandar Udara H.A.S. Hanandjoeddin, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangkabelitung; Bandar Udara Jenderal Ahmad Yani, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah; Bandar Udara Syamsudin Noor, Kota Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan; Bandar Udara Supadio, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat; Bandar Udara Raja Sisingamangaraja XII, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara; Bandar Udara Raja Haji Fisabilillah, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau; dan Bandar Udara Radin Inten II, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.
Lalu Bandar Udara Adi Soemarmo, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah; Bandar Udara Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur; Bandar Udara Juwata, Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara; Bandar Udara El Tari, Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur; Bandar Udara Pattimura, Kota Ambon, Provinsi Maluku; Bandar Udara Frans Kaisiepo, Kabupaten Biaknumfor, Provinsi Papua; Bandar Udara Mopah, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan; Bandar Udara Kediri, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur; Bandar Udara Mutiara Sis Al Jufri, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah; Bandar Udara Domine Eduard Osok, Kota Sorong, Provinsi Papua Barat Daya; dan Bandar Udara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur.
Sementara tiga bandara khusus yang juga dapat melayani penerbangan internasional, yaituBandar Udara Khusus Sultan Syarief Haroen Setia Negara, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau; Bandar Udara Khusus Weda Bay, Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara; dan Bandar Udara Khusus Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah.
Selain itu, KM 38/2025 juga menetapkan Bandar Udara Bersujud yang merupakan bandar udara yang dikelola oleh pemerintah daerah yang terletak di Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan, sebagai bandar udara internasional dengan ketentuan melengkapi persyaratan dalam waktu enam bulan, termasuk dokumen pertahanan, kepabeanan, keimigrasian, dan kekarantinaan, serta memastikan koordinasi FAL Bandar Udara berjalan dengan baik. (beritasatu.com/c1)