Warga Keluhkan Sampah Menumpuk di Pinggir Jalan Bandar Lampung

Senin 28 Jul 2025 - 21:06 WIB
Reporter : Melida Rohlita
Editor : Rizky Panchanov

BANDARLAMPUNG — Tumpukan sampah yang berserakan di pinggir jalan, di antaranya di depan gang kawasan Sultan Agung, hingga jalanan Kemiling Bandar Lampung, menjadi pemandangan yang setiap hari harus dihadapi warga setempat, Senin (28/7).

Kondisi ini memicu keluhan masyarakat karena bukan hanya mencemari lingkungan, tetapi juga mengganggu kenyamanan dan mengancam kesehatan masyarakat.

Seorang warga Sultan Agung, Restuani (48) mengaku risih setiap kali melintas di kawasan tersebut. 

Dia menyayangkan kebiasaan sejumlah oknum yang sengaja membuang sampah sembarangan, meski lokasi itu jelas bukan tempat pembuangan sementara (TPS).

"Kalau saya lewat tiap hari begini kondisinya. Padahal itu jelas bukan tempat sampah apalagi TPS. Miris aja lihatnya, masih ada masyarakat yang abai begini," ujarnya.

Menurutnya, sampah yang menggunung bukan hanya menimbulkan bau menyengat, tetapi juga menjadi sarang lalat yang bisa menyebarkan penyakit ke rumah-rumah warga.

"Jujur aja, gimana kondisi kesehatan kita? Tiap hari lalat ngumpul ke rumah. Bisa dibayangkan apa yang hewan itu bawa kalau kena sama masakan," keluhnya.

Dia juga menyoroti sikap sebagian masyarakat yang kian manja karena menganggap sampah mereka akan tetap diangkut petugas kebersihan meski dibuang sembarangan.

"Terus lagi petugas yang lewat itu ngambil setiap hari karena lewat, ya udah itu pada manja semua buang sampah tidak pada tempatnya," tambahnya.

Namun di sisi lain, dia juga menyadari akar permasalahan terletak pada rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan.

"Jadi wajar kalau banjir. Tempat yang nggak banjir seperti Kemiling juga ikut banjir, kenapa? Karena tidak ada kesadaran. Saya yakin, kalau ada sungai, mereka buangnya di sungai. Karena ini nggak ada aja," bebernya.

Sementara itu, Ike seorang warga yang kedapatan membuang sampah di lokasi tersebut, mengaku melakukannya karena tidak mengetahui lokasi TPS yang semestinya.

Katanya, dia memilih jalan pintas dengan meletakkan sampah di pinggir jalan agar mudah dijangkau petugas kebersihan. 

"Nggak tahu (TPS, red). Ditaruh karena biar nggak jauh aja dari rumah, ini yang deket. Nanti juga diambil mobil sampah yang lewat, banyak bukan saya aja jadi saya ikut juga," jelasnya.

Ketika ditanya soal petugas sokli (pengangkut sampah per rumah), Ike mengakui ada yang datang, tetapi ia enggan menggunakan jasa tersebut karena harus membayar.

"Ini lebih hemat. Kalau itu kan kita harus bayar," tandasnya.

Permasalahan sampah yang terus berulang ini menunjukkan pentingnya edukasi berkelanjutan tentang tata kelola sampah serta perlunya peran aktif dari pemerintah dan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan.

Jika tidak segera ditangani, dampaknya bisa semakin luas, mulai dari pencemaran lingkungan hingga risiko banjir dan penyakit.(*) 


Kategori :