Pernyataan ini disampaikan oleh Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso.
Menurut Susiwijono, meskipun pembelian pesawat menjadi bagian dari paket kesepakatan dagang antara Indonesia dan AS, Garuda Indonesia belum secara resmi menandatangani MoU tersebut. "Pembelian pesawat Boeing itu baru MoU, Garuda Indonesia belum tanda tangan. Kita baru tanda tangan (MoU) energi dan pertanian," ujar Susiwijono.
Sebagai bagian dari kesepakatan dagang dengan AS, Indonesia sebelumnya telah berkomitmen untuk membeli energi senilai USD15 miliar dan produk pertanian senilai USD4,5 miliar. Paket ini disusun sebagai langkah diplomatik agar Presiden AS Donald Trump menyetujui penurunan tarif impor terhadap produk Indonesia dari 32% menjadi 19%.
Susiwijono menambahkan, masih terdapat sejumlah hal teknis yang perlu dibahas sebelum pembelian pesawat Boeing dapat difinalisasi, seperti aspek regulasi dan skema kontrak. Namun, keputusan sepenuhnya berada di tangan manajemen Garuda Indonesia, termasuk terkait mekanisme pembiayaan. "Kita sih berharap bisa mendorong Garuda, karena sementara ini armadanya memang masih kurang," ujarnya.
Sebelumnya, Presiden Indonesia Prabowo Subianto mengatakan, Indonesia akan memborong 50 pesawat Boeing, sebagian besar seri 777. Pembelian ini sejalan dengan negosiasi yang dilakukan pemerintah Indonesia dengan pemerintah AS.
Prabowo menyebutkan, pembelian pesawat Boeing ini dilakukan sejalan langkah untuk membesarkan PT Garuda Indonesia. Apalagi, Boeing juga dikenal memiliki kualitas pesawat yang baik.
"Kita butuh, mereka jual pesawat Boeing juga cukup bagus. Kita juga tetap ada dari Airbus. Jadi akhirnya terjadi pertemuan dua kepentingan," ungkap Prabowo di Bandara Halim Perdanakusuma, seperti dilansir dari YouTube Beritasatu.
Selain 50 jet Boeing, dalam perjanjian tersebut, Indonesia juga berkomitmen untuk membeli energi AS senilai USD15 miliar dan produk pertanian Amerika senilai USD4,5 miliar. Pembelian tersebut sebagai bagian dari kesepakatan agar Presiden AS, Donald Trump setuju menurunkan tarif menjadi 19% dari sebelumnya 32%. (beritasatu.com/c1)