Dari sisi pengusaha, kata Ahmad Jares, selama ini pengusaha kesulitan untuk mendapatkan produk penunjang. "Misal karung goni untuk impor kopi itu di Bea Cukai larinya ke tekstil. Sementara, kita tidak boleh impor tekstil," tuturnya.
Sementara Direktur PT Trans Lampung Utama Husni Thamrin mengatakan, selaku anak perusahaan BUMD Lampung sangat membuka diri untuk turut serta mengembangkan Pelabuhan Panjang.
Optimalisasi kerja sama yang telah terjalin selama ini, kata Husni Thamrin, tentu pihaknya menginginkan BUMD Provinsi Lampung menjadi window investment Lampung. "Sehingga banyak investasi yang masuk dan akhirnya pusat ekonomi baru terwujud. Perputaran ekonomi yang besar dan lapangan pekerjaan baru," ucapnya.
Husni Thamrin melanjutkan, inovasi pun telah dilakukan pihaknya selama ini seperti kerja sama investasi kapal penyeberangan jenis roro dari Bakauheni ke Merak dan sebaliknya. "Terpenting regulasinya mendukung karena kita anak usaha dari BUMD Provinsi Lampung, khususnya di Bidang Perhubungan dan Transportasi," ungkapnya. (*)