BANDARLAMPUNG - Provinsi Lampung menjadi tuan rumah Sesi Tahunan Ke-59 Pertemuan Tingkat Menteri Komunitas Kelapa Internasional (International Coconut Community/ICC). ICC dibuka Menteri Perdagangan (Mendag) RI Zulkifli Hasan, Selasa (5/12), di Hotel Santika Premiere Bandarlampung dan berlangsung hingga Kamis (7/12).
Indonesia, kata Zulhas –sapaan akrab Zulkifli Hasan, mendorong sektor kelapa yang berkelanjutan dan bernilai tambah. Sehingga, sektor kelapa dapat meningkatkan kesejahteraan bagi para petani kelapa yang ada di Indonesia.
’’Jadi memang kita harus kembangkan industrinya. Tetapi harus memberikan nilai tambah, tidak hanya di pabriknya, tetapi petaninya juga dapat manfaat,” ujar Zulhas dalam sambutannya.
Lebih jauh, dia mengatakan pemilihan Lampung sebagai lokasi pertemuan ICC yang dihadiri 80 delegasi dari 15 negara anggota ICC tersebut sudah sangat tepat. Karena di Lampung memiliki beragam industri.
Pada pertemuan ICC Ke-59 ini, pihaknya juga mengadakan pameran kelapa. Sebab, kelapa merupakan salah satu tangan untuk melestarikan lingkungan. ’’Pohon kelapa ini termasuk jenis tanaman kayu yang bisa melestarikan lingkungan. Maka kita promosikan dan yang penting bagaimana nanti pertemuan ini bisa memberikan nilai tambah kepada petani,” tuturnya.
Gubernur Lampung Arinal Djunaidi yang juga hadir dalam kesempatan tersebut menyampaikan apresiasi kepada Mendag RI Zukifli Hasan yang memberikan kehormatan dan kepercayaan kepada Provinsi Lampung sebagai tuan rumah. Sebagai daerah yang bertumpu pada sektor agraris, kata Arinal, Lampung merupakan salah satu penyangga pangan nasional. Terutama untuk beberapa komoditas pertanian dan perkebunan.
Untuk itu, menurutnya, Pemprov Lampung terus berupaya melakukan upaya penguatan melalui Program Kartu Petani Berjaya, hilirisasi produk-produk unggulan, serta penguatan perdagangan dalam dan luar negeri.
Selanjutnya jika melihat kinerja perdagangan luar negeri pada Januari sampai September 2023, jelasnya, Provinsi Lampung telah mencatatkan nilai ekspor sebesar 3,4 miliar USD juga menghasilkan surplus neraca perdagangan sebesar 1,93 miliar USD. Nilai neraca ini menurutnya masih cukup baik mengingat tahun 2022 merupakan tahun dimana ekspor mencapai rekor tertingginya.
Ekspor Lampung, kata Arinal, didominasi produk hasil pertanian dan perkebunan. Di antaranya CPO, kopi robusta, nanas kaleng, karet, dan produk kelapa. “Kelapa merupakan salah satu komoditi andalan utama dari Provinsi Lampung. Saat ini total produksi kelapa di Provinsi Lampung mencapai 78.571 ton dengan luar area sebesar 89.673 hektare pada tahun 2022,” ungkapnya.
Arinal juga mengatakan berbagai produk kelapa telah disalurkan ke pasar dalam negeri dan diekspor ke berbagai negara. Adapun negara tujuan ekspor produk kelapa secara utama adalah Amerika, China, Belanda, Jepang, dan Australia.
Dirinya menyampaikan variasi produk kelapa dari Provinsi Lampung yang telah diekspor di antaranya santan kelapa, karbon aktif, briket, sabut kelapa, kopra, nata de coco, minyak kelapa, kelapa utuh, dan lidi nipah. Produksi-produk kelapa ini menurutnya didukung sejumlah perusahaan industri besar pengolahan kelapa yang berada di Provinsi Lampung.
Selain itu, imbuhnya, melalui UMKM di Lampung, kelapa juga telah dimanfaatkan menjadi berbagai produk kerajinan. Di antaranya fashion dan home dekor. ’’Saat ini Provinsi Lampung juga telah berkolaborasi dengan berbagai instansi, terutama Kementerian Perdagangan serta instansi terkait lain,” tuturnya.
Sementara pada Forum Pertemuan Tingkat Menteri ICC Ke-59 ini, dia berharap semua pihak dapat bersinergi agar komoditas kelapa semakin berjaya, khususnya peningkatan produktivitas, memperkuat industri kelapa melalui diversifikasi dan hilirisasi produk kelapa yang dibutuhkan dunia. (pip/c1/rim)