Sistem Tumpangsari, Benihnya Gratis
JAKARTA – Program replanting atau penanaman kembali sawit akan dimanfaatkan pula untuk memperkuat ketahanan pangan Indonesia. Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mendorong penanaman tanaman pangan di lahan-lahan sawit yang tengah dilakukan replanting.
Sasaran utamanya adalah program peremajaan sawit rakyat (PSR). ’’Sembari menunggu sawitnya tumbuh dalam 5 tahun, kita bisa juga memanfaatkan lahan-lahan (sawit) itu untuk produktivitas tanaman pangan kita yang lain,” ujar Sudaryono saat pembukaan Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) Ke-20 di Nusa Dua, Bali, Kamis (7/11).
Salah satu tanaman yang diproyeksikan bisa ditanam di lahan sawit adalah padi gogo. ”Saya minta Pak Dirjen, padi gogonya, benihnya harus kita kasih gratis,” lanjutnya. Karena bila hanya didorong lalu petani menanam bibit yang tidak tepat, risikonya bisa besar.
”Begitu nanti (masa) panen ternyata nggak panen, kapok habis itu nggak mau nanam lagi,’’ jelas Sudaryono.
Prinsipnya yang ditanam adalah tanaman yang sehari-harinya dikonsumsi masyarakat Indonesia. Seperti padi, jagung, kedelai, termasuk tanaman hortikultura.
Sebagai gambaran, tutur Wamentan, luas lahan sawah produktif di Indonesia saat ini sekitar 7,4 juta hektare. Sementara luas lahan sawit hampir mencapai 17 juta hektare. Saat ada peremajaan sawit akan ada sawit baru yang ditanam dan butuh waktu lama untuk tumbuh dan berbuah.
”Sampai dengan sawit ini menghasilkan penghasilan untuk petani sawitnya, selama 5 tahun sampai bisa panen pertama. Kita berharap Kementerian Pertanian salah satu programnya kita ingin mereka minta untuk menanam tanaman pangan (di sekitar tanaman sawit baru). Ada dua keuntungan yang bisa didapat petani. Pertama, sampai sawitnya panen, petani punya penghasilan dari tanaman pangan yang ditanam di sekitar tanaman sawit. Kedua, pemerintah jadi punya tambahan produksi tanaman pangan kita,” ucap Sudaryono.