JAKARTA - Harga minyak mentah dunia naik hampir 3 persen pada Senin (4/11) atau Selasa (5/11) waktu Indonesia. Kenaikan ini dipicu keputusan OPEC+ yang menunda rencana peningkatan produksi selama sebulan, sementara investor fokus pada Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS).
Melansir Reuters, harga minyak berjangka Brent naik USD1,98, atau 2,7 persen menjadi USD75,08 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik USD1,98 atau 2,85 persen menjadi USD71,47.
Di sisi lain, pada pekan lalu, harga minyak Brent turun sekitar 4 persen, sementara harga minyak mentah WTI turun sekitar 3 persen.
Pada Minggu (3/11), OPEC+ mengatakan akan memperpanjang pemangkasan produksi sebesar 2,2 juta barel per hari (bph) untuk satu bulan lagi pada bulan Desember dengan peningkatan yang sudah tertunda sejak Oktober karena turunnya harga dan lemahnya permintaan.
BACA JUGA:Jumlah Pengangguran di Indonesia Tembus 7,47 Juta Orang
OPEC+ yang merupakan organisasi negara-negara pengekspor minyak ditambah Rusia dan sekutu lainnya, seharusnya meningkatkan produksi bulanan sebesar 180.000 barel per hari mulai Desember.
Namun, kata seorang ahli strategi energi di Macquarie Walt Chancellor, perpanjangan hingga kuartal IV- 2024 menimbulkan keraguan atas komitmen grup untuk mengembalikan pasokan sama sekali. Sehingga hal itu meredakan beberapa kekhawatiran akan "perang harga" OPEC+ yang baru.
Meski begitu, OPEC tetap sangat positif terhadap permintaan minyak dalam jangka pendek dan jangka panjang. Meskipun, perusahaan minyak besar Prancis Total Energies meramalkan permintaan minyak global akan mencapai puncaknya setelah 2030 dalam dua skenario transisi energi yang paling mungkin dalam laporan prospek energi tahunannya.
Sementara itu, CEO perusahaan energi Italia Eni (ENI.MI) mengatakan bahwa pemotongan pasokan minyak OPEC+ dan upaya terbaru untuk menghentikannya telah meningkatkan volatilitas di pasar energi dan menghambat investasi dalam produksi baru. (jpc/c1)