"Saya kira kearifan lokal ini penting untuk dipahami oleh pelajar. Salah satunya tadi itu berkaitan dengan hilangnya etnosentrisme. Karena kan kita ini memahami, sehingga dapat menjaga budaya secara bersama-sama,” ungkapnya.
Wahdi menuturkan, anak yang telah mengenal kebudayaannya dengan baik, dapat membentuk kepribadian yang optimis untuk masa depannya.
Program penggunaan bahasa Lampung tersebut disambut baik oleh salah seorang Pemuka Adat Lampung Pepadun Abung Siwo Mego dari Buay Nuban, Akhmad Husein.
Ia mengatakan, Kota Metro merupakan refleksi dari Indonesia mini.
“Kota Metro ini kan bisa dikatakan seperti Indonesia mini ya. Jadi warga pendatang dengan penduduk asli itu berbaur. Saling menghormati, dan saling menghargai," ujarnya.
Menurutnya, memang dibutuhkan suatu program untuk melestarikan adat budaya.
Ia juga berharap, Pemkot Metro mampu menyelipkan edukasi dan juga wawasan budaya Lampung yang lebih masif, supaya budaya daerah tetap lestari.
“Kalau bahasa dan seninya memang sudah diterapkan dalam pendidikan, nah butuh penyuluhan-penyuluhan dan penguatan materi kebudayaan yang mencerminkan kearifan lokal. Karena ini seni, budaya, bahasa dan adat adalah aset daerah, sudah seharusnya ada upaya lebih untuk melestarikannya,” pungkasnya. (nal/c1/abd)