TRI DHARMA UNILA
Oleh: Dr. Farida Ariyani, M.Pd. (Ketua Tim), Prof. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. (Anggota Tim), Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd. (Anggota Tim)
BANDARLAMPUNG - Bahasa daerah merupakan salah satu kekayaan bangsa yang memiliki fungsi sebagai alat komunikasi bagi masyarakat penggunanya.
Di era globalisasi ini, paradigma masyarakat milenial menilai bahwa bahasa asing memiliki keunggulan lebih tinggi dibandingkan bahasa nasional dan bahasa daerah.
Berdasarkan hal tersebut, bahasa daerah berada di pilihan terakhir dalam penggunaannya setelah bahasa nasional dan bahasa asing. Masyarakat milenial lebih memilih menggunakan bahasa nasional dan bahasa asing dalam berkomunikasi.
Penggunaan bahasa asing dan bahasa nasional dinilai lebih bergengsi dan dapat diterima di lingkungan modern, sedangkan penutur bahasa daerah dinilai kuno dan ketinggalan zaman.
Padahal, generasi milenial memegang peran penting dalam pelestarian bahasa daerah dari kepunahan atau menjaga eksistensi bahasa tersebut. Hal senada pernah diungkapkan oleh Gumperz (1982:101).
Dalam suatu wilayah dimungkinkan hidup beberapa variasi bahasa secara berdampingan sehingga bentuk interaksinya cenderung bersifat alih kode dan campur kode.
Hal tersebut terjadi akibat masyarakat tuturnya berbahasa secara multilingual. Aktivitas komunikasi dalam masyarakat multilingual tidak lagi hanya berkiblat pada budaya setempat.
Akibatnya, peran bahasa daerah seperti bahasa Jawa, Sunda, Bugis, dan Lampung tidak menjadi prioritas utama dalam komunikasi sehari-hari.
Bahasa Lampung biasanya hadir dalam komunikasi kelompok terbatas seperti, keluarga, acara adat, dan masyarakat seetnis.
Desa Negarabatin merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Waykanan yang ditempati oleh masyarakat suku Lampung. Masyarakat Desa Negarabatin masih menggunakan Bahasa Lampung dalam kehidupan sehari-harinya terutama dalam lingkup keluarga.
Anak-anak usia sekolah dasar di desa tersebut fasih berkomunikasi dengan Bahasa Lampung pada kehidupan sehari-hari.
Tetapi, tidak dapat dipungkiri kemajuan zaman yang menuntut pendidikan lebih tinggi membuat kelompok muda mengenyam pendidikan atau bekerja di luar daerah.
Sehingga, pemakaian bahasa Lampung menjadi berkurang atau tergerus oleh bahasa nasional sewaktu kembali ke desa tersebut.