RAHMAT MIRZANI

Kecanduan Konten Dewasa Sama Halnya Ketergantungan Narkoba

-Ilustrasi net-

JAGAT media tengah dihebohkan dengan pemberitaan mengenai media sosial X (sebelumnya bernama Twitter) yang mengizinkan konten dewasa di platformnya. 

Meski, kebijakan yang diluncurkan sejak Senin (3/6) lalu tersebut ternyata bukan suatu hal yang baru.

Seperti dilansir techcrunch.com, Rabu (5/6), platform X di bawah Elon Musk telah melakukan eksperimen dengan menghosting konten dewasa dan komunitas yang bernama NSFW (not safe for work).

BACA JUGA:Jadikan Konsep Rumah Tumbuh dengan Sentuhan Industrial

Sumber lain sebelumnya, yakni Associated Press, Selasa (4/6), pun menyebutkan bahwa konten dewasa juga diizinkan pada platform Twitter sebelum dibeli Elon Musk pada tahun 2022 meski belum ada kebijakan resmi yang berlaku.

Namun tahukah bahwa konten dewasa (pornografi) membawa dampak yang tidak baik? Ini berdasarkan informasi disampaikan Psikolog Klinis RSUD Bangil Yuis Rahmawati, M. Si., M.Psi. seperti dikutif Radar Bromo.

Psikolog Klinis akrab disapa Yulis ini mengatakan bahwa kecanduan konten dewasa mampu merusak otak seseorang hingga memengaruhi perilaku terhadap lingkungan sekitarnya.

Adapun bagian otak yang dirusak ialah pre frontal korteks atau PFC yang berfungsi dalam menata emosi, memusatkan konsentrasi, memahami dan membedakan benar-salah, mengendalikan diri, berpikir kritis, berpikir, dan berencana masa depan, serta membentuk kepribadian dan berperilaku sosial.

BACA JUGA:Honda Resmikan Jaringan Dealer Baru di Bandar Lampung

Seseorang yang melihat konten dewasa, bagian PFC ini akan dialiri oleh hormon dopamin yang memberikan efek tenang pada otak. Hormon dopamin adalah hormon yang dihasilkan oleh sistem limbik yang berfungsi mengatur emosi, memori, dan perilaku.

Lalu, hormon dopamin yang terus mengalir bahkan memenuhi PFC akan memicu rasa penasaran dan kecanduan, sehingga orang tersebut akan melihat yang lebih vulgar lagi, lagi, dan lagi untuk memenuhi kesenangan serta kepuasannya.

Seiring berjalannya waktu, PFC yang dipenuhi hormon dopamin akan mengkerut, mengecil, bahkan menjadi tidak aktif.

"Karena terus dibanjiri dopamin, PFC akan semakin mengkerut dan mengecil. Lambat laun, fungsi bagian otak ini pun semakin tidak aktif," jelasnya.

Dampaknya, orang yang terus terpapar konten dewasa akan mengalami gangguan emosi, mudah marah, berbohong, depresi, menyendiri, hingga melakukan penyimpangan seksual semata.

Tag
Share