RAHMAT MIRZANI

Irreplaceable

-Ilustrasi Freepik-

"Morning too, kamu juga jangan lupa sarapan! Apalagi semalaman kamu nggak tidur dan asik main game sampe nggak kenal waktu!" jawabku.

 

Aku selalu mengingatkan Ervan karena hampir setiap malam dia tidak pernah tidur dan lebih mementingkan push rank dengan teman-temannya. Namun, dia biasanya hanya tertawa tanpa sedikitpun berpikir bahwa yang dia lakukan itu salah.

 

Aku pun tidak habis pikir dengan sikap dan tingkah lakunya. Dia jenis manusia yang tidak doyan makan. Bahkan bisa-bisanya dia berbohong dan berkata, "Aku sudah makan tadi." Iya mungkin dia sudah makan, tapi makan angin dan omongan orang di sekitarnya.

 

"Naaa, nanti kalau sudah selesai sekolah aku mau ngomong sesuatu, bolehkan?" tanyanya seolah ingin membicarakan hal yang begitu penting.

 

"Mau ngomong apa sih? Ngomong sekarang aja, lagian lebay banget pake ada sesuatunya, ha ha ha …," tanyaku.

 

"Dih kepo banget sih, udah sana mandi terus sekolah yang bener! Aku juga mau sekolah dulu," jawabnya.

 

Dia lebih tua dua tahun dari umurku, tapi tingkahnya seperti anak-anak yang selalu berkata, "Jangan tinggalin aku, ya Na. Kamu itu beda dari yang lain dan kamu nggak bisa diduplikat. Jadi, apapun yang terjadi kamu harus tetap sama aku." Ucapannya memang terlihat seperti bocah SD yang sedang berkata pada teman sebayanya agar tidak meninggalkan atau memusuhinya.

 

"Van, Ervan tadi katanya mau bilang sesuatu, ya? Mau bilang apa sih, bikin deg-degan aja?" tanyaku saat bertemu dengannya. Namun, dia seperti amnesia, tidak ingat apapun. Perlu beberapa detik untuk mengembalikan ingatannya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan