Waspada, Rupiah Berpotensi Melemah

JAKARTA - Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menyatakan potensi pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih terbuka karena pelaku pasar masih mengantisipasi pernyataan sejumlah pejabat Bank Sentral/Federal Reserve (The Fed) AS terkait peluang kenaikan suku bunga AS.

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi melemah 0,06 persen atau 10 poin menjadi Rp15.705 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.695 per dolar AS.

“Potensi pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih terbuka hari ini karena pelaku pasar mungkin masih mengantisipasi pernyataan beberapa pejabat bank sentral AS pekan lalu, termasuk (Gubernur Bank Sentral AS) Jerome Powell yang masih membuka peluang kenaikan suku bunga acuan AS lagi untuk menurunkan tingkat inflasi AS yang sampai saat ini masih belum turun ke level target 2 persen,” kata dia ketika dihubungi Antara, Jakarta, Senin.

Selain itu, beberapa sentimen eksternal juga masih berpotensi mendorong pelaku pasar menjauhi aset berisiko seperti konflik di Timur Tengah yang masih berlangsung dan isu pelambatan ekonomi China.

Pada pekan lalu, aktivitas ekspor China pada Oktober 2023 menunjukkan penurunan melebihi konsensus pasar, yakni -6,4 persen dengan konsensus -3,3 persen.

“China juga melaporkan terjadi deflasi yang bisa diartikan penurunan permintaan dan pelambatan ekonomi di China,” ucap Ariston.

Di sisi lain, downgrade outlook  utang AS oleh Moody’s dari stabil menjadi negatif berpeluang menahan penguatan dolar AS.

Melihat kondisi dari dalam negeri, lanjutnya, tidak ada sentimen yang negatif. Data ekonomi Indonesia masih cukup bagus meski pertumbuhan ekonomi kuartal III/2023 sedikit di bawah proyeksi, yakni 4,94 persen secara tahunan (year on year/yoy) dengan harapan di atas 5 persen, dan tingkat inflasi masih terkendali di bawah target.

’’Potensi pelemahan hari ini ke arah Rp15.730 per dolar AS dengan potensi penguatan di kisaran Rp15.630 per dolar AS,” ungkapnya. (jpc/c1/abd)

 

Tag
Share