Jangan Curang! Disdag Akan Awasi Alat Ukur di Pasar Lebakbudi

MULAI DITEMPATI: Sejumlah pedagang emperan Pasar Pasirgintung mulai beralih ke Pasar Raya Lebakbudi yang berada di Jalan Imam Bonjol, Kelurahan Pasirgintung, Kecamatan Tanjungkarang Barat, Bandarlampung, Senin (29/4).-FOTOI MELIDA ROHLITA -

BANDARLAMPUNG - Dinas Perdagangan (Disdag) Bandarlampung akan mengawasi penerapan alat ukur di Pasar Raya Lebakbudi. Hal ini guna memastikan keamanan sekaligus perlindungan terhadap konsumen.

Kepala Disdag Bandarlampung Wilson Faisol menyatakan pihaknya akan melakukan pengawasan terhadap alat ukur atau timbangan yang digunakan dalam proses jual-beli di Pasar Raya Lebakbudi. 

  ’’Kami akan lakukan pembinaan dan pengawasan terhadap para pedagang. Utamanya  dalam menggunakan alat ukur yang benar sesuai ketentuan," kata Wilson.

BACA JUGA:Wujudkan Lampung Smart 2045, Ini Kata Gubernur Lampung!

  Menurut Wilson, adanya pasar tradisional yang berkonsep modern ini bisa menjadi motivasi Pemkot Bandarlampung dalam mengelola pasar yang ada dengan lebih baik dan maju lagi.

  "Tentunya ini termasuk motivasi agar pasar yang dikelola pemerintah saat ini dapat meningkatkan pelayanan hingga mampu berdaya saing," ungkap Wilson. 

Sebelumnya diberitakan, sejumlah pedagang emperan Pasar Pasirgintung mulai beralih ke Pasar Raya Lebakbudi yang berada di Jalan Imam Bonjol, Kelurahan Pasirgintung, Kecamatan Tanjungkarang Barat, Bandarlampung, Senin (29/4).

BACA JUGA:Bandara Radin Inten II Aktif Cegah Terorisme

Hasil pantauan, pasar modern ini tampak mulai ditempati sejumlah pedagang dan dibuka untuk umum. Mulai pedagang sayuran, buah-buahan, sembako, hingga makanan pokok lainnya.

Purwanto (36), warga Bandarlampung yang awalnya berdagang di emperan Pasar Smep, mengaku baru pindah dua hari lalu dengan harga sewa lapak Rp600 ribu per bulan, belum  termasuk uang keamanan dan kebersihan. ’’Dihitung totalnya Rp750 ribu, hariannya Rp20 ribu," kata Mas Pur, sapaan akrabnya.

Pedagang yang dulunya bersahabat dengan lumput dan tanang ketika hujan ini mengaku mendapatkan pengalaman baru ketika pindah ke Pasar Raya Lebakbudi. "Biasanya pukul 09.00 WIB, kita sudah pulang karena panas dan becek kalau ujan. Di sini nggak," katanya.

Menurut Mas Pur, perbedaan berdagang ketika pindah ke Pasar Raya Lebakbudi saat masih di emperan hanya suasana yang rapi dan bersih. Mengenai harga bahan pokok pun tidak berbeda dengan pasar yang ada di sebelahnya. ’’Kalau di sini bersih dan nggak becek. Harga barang-barang yang dijual pun sama dengan pasar tradisional yang ada di sekitarnya. Sama bayarnya bisa pakai Qris," ungkapnya.

Sementara Direktur Pasar Raya Lebakbudi Johan ditemui lokasi yang sama turut menjelaskan jika pasar ini terinspirasi pasar modern di Thailand yang buka sampai dini hari. "Di sini ada 161 lapak. Pasar Raya Lebakbudi ini adalah pasar tradisional berkonseperasi 24 jam untuk mengakomodasi para pedagang yang berjualan pada dini hari," ujarnya.

Pasar Raya Lebakbudi, kata Johan, mempunyai luas keseluruhan tanah 8.200 m2 dan luas bangunan utama berikut dengan sarana penunjang (kantor pengelola, musala, pos satpam, toilet, dan dapur bersama) adalah 3.700 m2. ’’Sisa 4.300 m2 adalah area parkiran dan jalan. Dengan total investasi manajemen Rp20.000.000.000," katanya.

Tag
Share