Kedelai Mahal, Perajin Tahu Kurangi Produksi

-ilustrasi edwin/radar lampung-

BANDARLAMPUNG  - Permasalahan kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu, tempe, dan oncom menjadi momok bagi para perajin tahu dan oncom. Seperti dialami puluhan perajin di Desa Purwodadi Dalam, Kecamatan Tanjungsari, Lampung Selatan (Lamsel), yang kini tengah mengalami penurunan omzet hingga 40 persen.

Mahalnya harga kedelai membuat para perajin tahu dan oncom mengeluh karena omzet menurun. Sehingga, mereka harus mengurangi produksi karena biaya tinggi. ’’Kedelai yang menjadi bahan baku utama juga susah didapat di pasaran,” ungkap Septiana Sari, salah satu perajin tahu dan oncom di Desa Purwodadi Dalam, Minggu (28/4).

Sementara agar usahanya terus berjalan, lanjut dia, para perajin di desa ini  terpaksa mengurangi produksi serta ukuran tahu atau oncomnya. ’’Tanpa kami menaikkan harga jual agar tetap laku di pasaran,” ujarnya. 

BACA JUGA:17 Bandara Berstatus Internasional, Bagaimana dengan Radin Inten II?

Septiana juga mengaku berat dengan kian mahalnya harga kedelai. Menurutnya selain harus mengurangi produksi, penghasilan berkurang hingga 40 persen. 

Dikatakannya harga kedelai yang sebelumnya Rp10 ribu per kilogramnya kini menjadi Rp11 ribu. ’’Itu pun barangnya di pasaran sulit. Karenanya omzet penjualan kami menurun hingga 40 persen,  dan kami pun terpaksa mengurangi produksi,” tandasnya.

Hal ini tidak hanya dialaminya, melainkan semua perajin di wilayah Purwodadi Dalam sebagai sentra perajin tahu/oncom dan tempe. (leo/c1/rim)

Tag
Share