Warga yang Berobat ke Luar Negeri Meningkat, Perlu Perkuat Sistem Pelayanan Kesehatan

--FOTO ILUSTRASI ANTARA/PEXELS/ARTEM PODREZ

JAKARTA – Seiring dengan berbagai tantangan baru dalam kesehatan global, terutama dengan munculnya penyakit-penyakit yang terdengar asing dan meningkatnya angka kesakitan akibat penyakit-penyakit kronis, penting bagi Indonesia untuk memperkuat sistem pelayanan kesehatannya.

Contoh penyakit kronis yang banyak terjadi, misalnya penyumbatan pembuluh darah jantung karena adanya plak yang cukup keras sehingga membutuhkan teknologi atau alat medis khusus. Kemudian penyakit autoimun yang disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya gaya hidup yang tidak sehat.

Beberapa penyakit lainnya seperti kanker, penyakit tulang dan sendi, penyakit syaraf seperti stroke pada usia muda, nyeri tulang belakang, kelumpuhan mendadak, syaraf terjepit, infeksi gigi dan mulut, serta masih banyak lagi.

Menurut Direktur Bethsaida Hospital dr. Pitono Yap, penyakit-penyakit itu semakin marak bermunculan di tengah masyarakat usai pandemi Covid-19. Meskipun bukan tergolong penyakit baru, dengan berjalannya waktu penyakit-penyakit tersebut berkembang menjadi berbagai varian dengan tambahan gejala/keluhan bagi penderitanya. 

"Fenomena ini semakin meningkatkan kebutuhan masyarakat akan fasilitas kesehatan lengkap dengan tenaga medis andal yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan dalam hal tata laksana penyakit yang diderita, sehingga meningkatkan angka dan harapan akan kesembuhan," ujarnya.

  Kebutuhan pengobatan akan penyakit-penyakit tersebut, kata dr. Pitono, secara tidak langsung juga berdampak pada peningkatan jumlah masyarakat Indonesia yang lebih memilih untuk berobat ke luar negeri. 

Berdasarkan survei terbaru yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes )Indonesia, tercatat peningkatan signifikan dalam jumlah orang Indonesia yang memilih berobat di luar negeri selama dua tahun terakhir. Menurut data survei yang dilakukan pada 2024, terdapat peningkatan hampir dua kali lipat dalam jumlah pasien yang melakukan perjalanan ke luar negeri untuk mencari perawatan medis dibandingkan data pada 2022. 

"Fenomena ini tentunya menjadi perhatian serius dalam dunia Kesehatan dan menimbulkan pertanyaan tentang alasan di balik keputusan masyarakat lebih memilih berobat ke luar negeri dibanding di dalam negeri," ungkap dr. Pitono.

Beberapa alasan utama di balik tren ini adalah akses terhadap teknologi medis dan keahlian spesialis yang mungkin belum tersedia secara luas di Indonesia dan kurangnya kepercayaan terhadap kualitas pelayanan kesehatan di dalam negeri. 

"Meskipun Indonesia memiliki banyak fasilitas kesehatan yang berkualitas, pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang merasa lebih yakin dengan standar perawatan medis di luar negeri," tegasnya.

Karena itu, dr. Pitono menilai perlunya upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia serta meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem kesehatan local.

’’Alasan masyarakat lebih memilih untuk berobat keluar negeri tentunya beragam. Bisa jadi karena memiliki pengalaman yang buruk saat menjalani pengobatan di dalam negeri, sehingga kehilangan kepercayaan Atau karena harga yang terlalu tinggi, tapi tidak dirasakan adanya perubahan kearah yang lebih baik," urai dr. Pitono.

"Dan bisa juga karena ada kebutuhan khusus pada teknologi atau keahlian medis tertentu yang sulit dijangkau di Indonesia. Karena itu, peningkatan kualitas pelayanan dari berbagai aspek seperti kenyamanan, teknologi dan keahlian tenaga medis di fasilitas kesehatan menjadi sangat penting," pungkas dr. Pitono. (jpc/c1)

 

 

 

Tag
Share