Pulihkan Lahan Sawah Tandus Akibat Pupuk Kimia dengan Teknologi BBM
TEKNOLOGI BBM: Pemkab Pringsewu mengembangkan teknologi budi daya berbasis mikroba (BBM) untuk memperbaiki lahan tandus atau kritis akibat pupuk kimia.--FOTO ISTIMEWA
PRINGSEWU – Guna memperbaiki dan memulihkan lahan sawah yang sudah tandus atau kritis akibat penggunaan pupuk kimia, Pemkab Pringsewu mengembangkan teknologi budi daya berbasis mikroba (BBM). Padi organik dari benih varietas Sintanur bersertifikat Lembaga Sertifikasi Organik (Inovice) dengan teknologi BBM pengganti pupuk kimia mampu meningkatkan produktivitas padi dan menghasilkan padi organik dengan umur tanam lebih cepat.
Pj. Bupati Pringsewu Marindo Kurniawan mengatakan tujuan Pemkab Pringsewu melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Pringsewu Jaya Sejahtera menerapkan teknologi BBM adalah untuk memperbaiki dan memulihkan lahan sawah yang sudah tandus atau kritis akibat penggunaan pupuk kimia.
"Juga membantu pemerintah dalam rangka pengendalian inflasi dengan penyediaan komoditas pertanian yang dibutuhkan sehingga berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani," ungkapnya.
Teknologi ini telah diterapkan. Bersama Sekretaris Kabupaten Pringsewu Heri Iswahyudi beserta jajaran Pemkab Pringsewu dan Pemkab Ogan Komering Ilir, Ketua TP-PKK Kabupaten Pringsewu Agnesia Marindo, Dinas Pertanian Lampung, Dinas Pertanian Pringsewu, serta Dirut Wahana Raharja BUMD Provinsi Lampung serta Dirut Lampung Jasa utama (LJU) BUMD Provinsi Lampung dan BUMD Pringsewu PT Pringsewu Jaya Sejahtera, Marindo panen perdana padi organik di Gapoktan Agung Makmur di Pekon Tulungagung, Kecamatan Gadingrejo, Kamis (28/3).
Penggunaan teknologi BBM ini, kata Marindo, juga untuk menjadikan Pringsewu sebagai lumbung pangan organik, baik skala lokal maupun nasional dan internasional serta sebagai identitas kebanggaan Kabupaten Pringsewu karena memiliki produk berkualitas hasil produksi putra daerah. "Budi daya padi organik ini juga mendukung penggunaan pupuk organik sebagai pengganti pupuk bersubsidi yang kini semakin terbatas jumlah alokasinya," tambah Marindo.
Saat melihat langsung pengembangan yang dilakukan melalui BUMD Pringsewu yakni PT Pringsewu Jaya Sejahtera, Marindo memaparkan berbagai hal yang dimiliki teknologi tersebut. Selain mampu menetralisasi residu kimia tanah, juga menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman secara dinamis, menghambat/membasmi hama dan penyakit tanaman, menghasilkan zat tumbuh tanaman, serta memperbaiki tekstur, biologi, fisik, dan kimia tanah.
Kemudian komponen inti dari teknologi BBM yaitu konsorsium mikroba ghaly tech (KMGT) yang terdiri atas konsorsium mikroba padat (KMP) danKonsorsium Mikroba Cair (KMC). "KMGT dapat diproduksi di setiap kabupaten wilayah Indonesia karena bahan bakunya lokal, murah, dan berlimpah," ungkap Marindo. (*)