Ramadan dan Pembentukan Keimanan
Prof. Dr. Idrus Ruslan, M.Ag. (Wakil Rektor III UIN Raden Intan Lampung dan Wakil Ketua Tanfidziah PWNU Lampung)-Foto Ist-
Sebab jika manusia takut dengan hewan buas, pastilah dia akan menjauh dari hewan tersebut.
Namun takut dengan yang Maha Kuasa yakni Allah SWT, maka manusia akan senantiasa mendekat, karena dia menyadari statusnya sebagai hamba yang tidak ada opsi. Maupun orientasi lain dalam kehidupannya selain menghambakan diri kapan dan dimana pun dengan menjalankan amal ibadah.
Misalnya ibadah puasa dengan rangkaian-rangkaian ibadah lainnya, sehingga akan mendapatkan kasih sayang dan ampunan-Nya.
Kedua, al-’amal bit tanzil (beramal sesuai perintah agama). Sebuah ibadah haruslah berlandaskan perintah agama.
Orang yang bertakwa, pasti akan menjalankan apa yang diperintahkan Allah SWT sekaligus menjauhi apa yang dilarang-Nya.
Ibadah puasa, merupakan ujian kesabaran bagi manusia, tetapi karena manusia menyadari semua itu adalah perintah agama, maka manusia secara tulus dan ikhlas menjalani perintah tersebut.
Ketiga, al-Ridha bil qalil (ikhlas dengan yang sedikit). Sebagai makhluk Allah yang memiliki keistimewaan karena dilengkapi dengan akal pikiran dan nafsu, sebuah kewajaran jika manusia menginginkan banyak hal, seperti harta, materi, kedudukan, pangkat dan sebagainya.
Namun bagi manusia yang bertakwa, ia menyadari bahwa kewajiban manusia adalah berusaha untuk mencapai apa yang diinginkannya. Akan tetapi yang menentukan tercapai atau tidaknya yang telah diusahakan hanyalah Allah SWT.
Dengan begitu, manusia akan bersikap qana’ah terhadap ketentuan dari Allah, SWT. Bahkan ia senantiasa bersyukur atas nikmat Allah SWT, karena ia meyakini dengan bersyukur maka Allah SWT akan menambah rizki manusia. Puasa adalah instrumen yang sangat baik melatih manusia untuk bersabar.
Keempat, al-Isti’dad li yaumil akhir (bersiap untuk menghadapi kehidupan akhir). Kehidupan dunia merupakan hal yang relatif, dan nisbi. Sedangkan akhirat merupakan kehidupan yang sesungguhnya. Saat ini manusia ibarat seorang musafir, maka untuk melakukan perjalanannya, manusia perlu melengkapi dengan bekal agar selamat sampai tujuan.
Bekal yang paling baik bagi manusia adalah takwa kepada Allah SWT. Oleh karena itu, ibadah puasa sesungguhnya melatih ketakwaan manusia kepada Allah SWT untuk menuju kehidupan akhirat yang kekal selama-lamanya.
Semoga kita senantiasa diberikan kekuatan oleh Allah SWT untuk menjalankan ibadah puasa secara paripurna, sehingga termasuk golongan muttaqiin. Wallahu a’lam. (*)