Aku yang Segera Hilang

-Ilustrasi Pixabay-

Cerpen Karya Martin Handoyo

Aku adalah Jerry. Aku memiliki dua sahabat. Mereka adalah Doni dan Sullivan. Kami telah bersahabat sejak tiga tahun lalu. Tiga tahun bersama mereka sangatlah menyenangkan. 

Ujian kelulusan sekolah akan dilaksanakan minggu depan. Minggu ini merupakan minggu terakhir bersama mereka di kelas. Aku ingin cepat-cepat pergi ke sekolah.

  “Jerry lupa minum obatnya?” ucap Ibu kepadaku. 

Aku memang sering sakit perut tiba-tiba. Anehnya tidak ada penyakit yang terdeteksi saat check up ke dokter. Hingga suatu saat sakitnya sudah tidak tertahan lagi, dan ada seorang dokter yang memberikanku obat pereda nyeri. Dokter itu memberi anjuran untuk meminumnya saat perutku terasa sakit saja, tetapi ibu tak menghiraukannya. Ia terus memaksaku untuk minum obat. Dengan terpaksa akhirnya aku menuruti kata ibu dan meminum obat itu agar bisa segera pergi.

  Pelajaran pagi ini adalah olahraga. Pelajaran olahraga kali ini adalah praktik lompat jauh. Dalam pelajaran olahraga, akulah jagoannya di kelas. Setelah lama menunggu, akhirnya tiba giliranku. Terlihat teman-teman sekelas menyoraki dan menyemangatiku. 

“Sepertinya mereka ingin melihat sedikit aksi,” ucapku sedikit sombong. 

Sontak Sullivan dan Doni menatapku dengan mata kesal sambil menggerutu. Aku pun berlari dengan sekuat tenaga, menumpu kaki kanan pada papan tolakan, lalu melompat dengan sangat tinggi dan jauh. Aku seperti terbang di udara. Aku menggunakan gaya berjalan di udara yang membuat teman-temanku semakin berteriak riuh serta terkagum-kagum padaku. Setelah mendarat dengan elegan, tiba-tiba perutku terasa sangat sakit. Aku pun menahannya di depan teman-temanku dan segera pergi dari tempat itu.     

Aku berjalan menuju kelas dengan sedikit sempoyongan. Di kelas aku langsung mengambil obat pereda nyeri dan segera meminumnya. Seketika sakit itu hilang, tetapi aku merasa seperti ada yang memperhatikanku sedari tadi. Ketika aku melihat ke arah pintu, ternyata ada seorang wanita yang sedang bersembunyi dan memperhatikanku. Namun anehnya, ketika aku menyapanya, ia langsung pergi dan berlari. Aku mencoba mengejarnya, berharap ia tidak memberi tahu guru bahkan teman-temanku tentang apa yang telah ia lihat. Namun, usaha itu sia-sia. Wanita itu sudah hilang bagai ditelan bumi.

Singkat cerita, akhirnya terdengar bel pulang sekolah. Seperti biasa aku, Doni, dan Sullivan nongkrong di warung Mpok Ida yang merupakan tempat biasa kami berkumpul. 

“Mpok, pesan mie ayam,” ucap Sullivan.

  Mie ayam pun datang. Kami bertiga segera menyantapnya. Saat sedang enak makan, tiba-tiba perutku mulai terasa sakit lagi. Sakit yang teramat sangat. Aku bahkan seperti tidak sanggup lagi untuk menelan mie ayam itu. Akhirnya aku pun hanya minum, berharap rasa sakit ini sedikit mereda. 

“Gua balik duluan ya,” kataku sambil meninggalkan mereka berdua terburu-buru. 

“Mpok, mie gua biar dibayarin si Sullivan,” tambahku.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan