Bolivia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel
CARI KORBAN: Warga Palestina mencari korban di lokasi serangan Israel terhadap kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza Utara, 31 Oktober 2023.-FOTO REUTERS/FADI WHADI -
JAKARTA – Bolivia memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel karena serangannya di Jalur Gaza. Tak hanya Bolivia, negara tetangga yakni Kolombia dan Chile memanggil duta besar mereka di Timur Tengah untuk berkonsultasi.
Ketiga negara Amerika Selatan tersebut mengecam serangan Israel terhadap Gaza yang menyebabkan ribuan nyawa warga melayang.
’’Bolivia memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel sebagai penolakan dan kecaman atas serangan militer zionis yang agresif dan tidak proporsional yang terjadi di Jalur Gaja,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Freddy Mamani pada konferensi pers yang dilansir dari Reuters, Rabu (1/11).
Ketiga negara tersebut menyerukan gencatan senjata yang ditolak Israel. Sementara, Bolivia dan Chile mendorong masuknya bantuan kemanusiaan ke zona tersebut dan menuduh Israel melanggar hukum internasional.
Presiden Kolumbia Gustavo Petro menyebut dalam sebuah postingan di jaringan media sosial X (Twitter) sebagai “Pembantaian rakyat Palestina.”
Sampai saat ini, Kementerian Luar Negeri Israel enggan berkomentar menanggapi hal tersebut.
Negara-negara Amerika Latin lainnya, seperti Meksiko dan Brazil, juga menyerukan gencatan senjata pada Israel.
’’Apa yang kita lihat sekarang adalah kegilaan perdana menteri Israel yang ingin melenyapkan Jalur Gaza,” kata Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva pada hari Jumat (27/10) waktu setempat.
Bolivia adalah salah satu negara pertama yang secara aktif memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel karena perang di Gaza, sebagai pembalasan atas serangan tanggal 7 Oktober di Israel selatan oleh militan Hams Palestina yang menurut Israel menewaskan 1.400 orang, termasuk anak-anak, dan menyandera 240 orang.
Bolivia memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel pada 2009 di bawah pemerintahan Presiden sayap kiri Evo Morales, juga sebagai protes terhadap tindakan Israel di Gaza.
Pada 2020, pemerintahan Presiden sementara sayap kanan Jeanine Anez membangun kembali hubungan.
’’Kami menolak kejahatan perang yang dilakukan di Gaza. Kami mendukung inisiatif internasional untuk menjamin bantuan kemanusiaan, sesuai dengan hukum internasional,” kata Presiden Bolivia Arce melalui media sosial pada hari Senin (27/10).
Otoritas kesehatan Gaza mengatakan bahwa 8.525 orang, termasuk 3.542 anak-anak, telah tewas dalam serangan Israel sejak 7 Oktober. Para pejabat PBB mengatakan lebih dari 1,4 juta penduduk sipil Gaza atau sekitar 2,3 juta jiwa telah kehilangan tempat tinggal.
Sementara militer Israel menuduh Hamas menguasai wilayah pesisir yang sempit, menggunakan bangunan sipil sebagai perlindungan bagi para pejuang, komandan, dan persenjataan. Tuduhan ini pun dibantah oleh Hamas. (jpc/c1/ful)