RAHMAT MIRZANI

Warga Lapas dan Civitas Itera Salat Istisqo

SALAT ISTISQO: Ratusan warga binaan Lapas Narkotika Kelas IIA Bandarlampung di lapas setempat, Senin (30/10).-FOTO HUMAS ITERA/LAPAS-

BANDARLAMPUNG – Kemarau panjang di Lampung, khususnya  Bandarlampung, belum ada tanda-tanda segera berakhir. Bahkan, dampaknya kian dirasakan warga. Selain kekurangan persediaan air akibat sumur banyak yang kering, juga tidak sedikit terjadi kebakaran lahan maupun rumah warga.

Kerena itu, umat Islam dari beberapa instansi pun melaksanakan salat Istisqo untuk memohon turunnya hujan. Seperti dilakukan dua instansi berbeda, tetapi dalam waktu bersamaan, Senin (30/10). Yaitu Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Narkotika Kelas IIA Bandarlampung dan Institut Teknologi Sumatera (Itera).

Salat Istisqo di Lapas Narkotika Kelas IIA Bandarlampung diikuti ratusan narapidana  lapas setempat. Kepala Lapas Narkotika Kelas IIA Bandarlampung Ade Kusmanto mengungkapkan salat ini dikakukan untuk memohon kepada Allah SWT agar menurunkan air hujan.

’’Selain berikhtiar dengan bijak menggunakan air, langkah lain yang bisa ditempuh sebagai umat Islam untuk menghadapi kemarau panjang ini adalah dengan salat Istisqo,” ungkapnya.

          Salat tersebut diimami Ustad Maulana Faizin sekaligus dilanjutkan dengan penyampaian ceramah kepada sejumlah napi. Sementara, ratusan napi yang mengikuti salat ini dari Blok Rehabilitasi dan Blok Taklim dari Pesantren Lapas Narkotika Bandarlampung.

          Dalam khotbahnya, Ustad Maulana menyampaikan tentang salat Istisqo yang merupakan salat sunah sebanyak dua rakaat yang dijalankan untuk memohon hujan. ’’Kita umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan salat Istisqa. Melaksanakan salat Istisqa hukumnya sunah muakad yang artinya sangat dianjurkan. Melaksanakan salat Istisqo saat terjadi kekeringan merupakan salah satu bentuk ikhtiar yang ditujukan kepada Allah Subhanahu Wata'ala," paparnya.

          Ia juga mengajak narapidana untuk saling introspeksi diri dengan harapan agar cobaan-cobaan seperti kemarau panjang dapat diangkat Allah. “Dosa yang disebabkan oleh kesombongan dan keserakahan kita sebagai manusia. Mari kita introspeksi diri, bertaubat, menyerahkan diri kepada Allah, serta merenungkan kesombongan yang tidak sejalan dengan ajaran Nabi Muhammad SAW, dan berkomitmen untuk tidak mengulanginya lagi,” ajaknya.

Terpisah namun dalam waktu bersamaan, tepat pukul 12.30 siang, civitas akademika Itera juga menggelar salat serupa di lapangan basket kompleks asrama mahasiswa kampus setempat. Teriknya matahari pun tak menyurutkan mereka untuk menengadah, mengetuk pintu langit, seraya memanjatkan doa memohon hujan dengan menggelar salat Istisqo berjamaah.

          Salat Istisqo yang diinisiasi Pengurus Masjid Raya At-Tanwir Itera tersebut diikuti puluhan civitas akademika Itera. Dosen, tenaga kependidikan, hingga mahasiswa berdiri satu saf. Ikut juga beberapa masyarakat sekitar kampus dalam salat sunah tersebut.

Dosen Agama Islam Itera M. Luqmanul Hakim Habibie, S.Pd. M.Pd.I. memimpin jalannya salat dua rakaat tersebut sekaligus menyampaikan khotbah. “Hari ini (kemarin), kita berkumpul dalam kebersamaan, bermunajat mengetuk pintu langit mengharap keberkahan turunnya hujan untuk keberlanjutan kehidupan bumi. Bumi telah memberikan kita tempat untuk hidup, tumbuh, dan berbagi kenikmatan dari Allah SWT,” ujar Ustadz Luqman membuka khotbah.

Ustad Luqman juga mengajak seluruh elemen untuk menjadikan kemarau berkepanjangan yang tengah berlangsung sebagai bahan muhasabah atau introspeksi. Terlebih kondisi cuaca kian tidak menentu. Siklus musim penghujan dan musim kemarau sulit diprediksi. Musim dan suhu panas bumi semakin tinggi akibat dari semakin gundulnya pegunungan dan tandusnya lahan dampak penebangan pohon secara masif dan sembarangan.

          “Pada momentum musim kemarau ini, mari kita merenung, beristighfar, dan bertaubat kepada Allah atas segala kesalahan kita. Khususnya sikap tidak bertanggungjawabnya kita dalam menjaga lingkungan. Istighfar dan bertaubat menjadi salah satu wasilah keberkahan turunnya air hujan dari langit,” ujar Ustad Luqman.

Di akhir khotbah, Ustad Luqman juga memimpin doa seraya berharap hujan turun. Para jemaah tampak khusyuk meski harus menengadah di bawah teriknya matahari. 

          Ketua Dewan Kemakmuran Masjid Raya At-Tanwir ITERA Frijan Masai, S.H.,M.H. menyampaikan, inisiasi pelaksanaan salat istisqa di kampus adalah wujud kepedulian ITERA terhadap fenomena alam dan kebutuhan masyarakat. Meskipun, ITERA secara keilmuan mengkaji fenomena kekeringan yang saat ini terjadi secara sains dan teknologi.

           “Pertama adalah meminta kepada Allah Swt agar dikaruniakan hujan, hujan yang diharapkan masyarakat luas demi kemaslahatan bersama,” ujarnya. (nca/rls/rma/c1/rim)

Tag
Share