Piraiba Filamentosum, Ikan Sultan Spesies Lele Terbesar di Dunia
ATRAKTIF: Salah satu piraiba filamentosum koleksi Pinarto Kusuma. Piraiba termasuk keluarga lele atau catfish terbesar di dunia. -FOTO ALLEX QOMARULLA/JAWA POS -
Piraiba Filamentosum, Ikan Sultan Spesies Lele Terbesar di Dunia. Namun, harga itu sebanding dengan pengalaman yang bisa didapat. Di samping memiliki tubuh yang artistik, ukurannya juga tidak main-main.
“DI akuarium saja yang saya tahu panjangnya bisa lebih dari 1 meter,” ujar Pinarto Kusuma, keloktor piraiba filamentosum. Ukuran itu belum maksimal. Pinpin, sapaannya, menyebut panjang ikan predator itu di alam liar bisa mencapai 3 meter.
Bukan hanya potensi ukuran yang membuatnya jatuh hati pada ikan tersebut. Bentuk piraiba filamentosum juga menjadi alasan. Khususnya kedua sungut yang panjangnya setara dengan panjang ikan. Bahkan bisa lebih.
Warna ikan yang berasal dari Sungai Amazon itu pun menarik. Bagian atasnya abu-abu keperakan dan putih di bagian bawah. Mirip dengan ikan hiu. ’’Warnanya seolah memantul ketika terkena cahaya. Bagus sekali,’’ ungkapnya.
BACA JUGA:Disebut Sebagai Kucing Sultan, Ini 10 Fakta Menarik Caracal
Karakteristik ikan yang termasuk dalam keluarga catfish alias lele itu aktif juga menjadi nilai plus. Menurut pemuda 27 tahun tersebut, piraiba filamentosum berbeda dengan spesies lele pada umumnya yang cenderung pasif pada siang hari. Ikan tersebut tetap lincah bergerak sepanjang hari.
Kebiasaan itu tidak jarang berdampak ke sungut yang jadi salah satu identitasnya. Kumis tersebut terkadang patah karena benturan dengan ikan lain atau dinding akuarium. Namun, dia tidak khawatir. Sebab, sungut itu akan kembali tumbuh dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. ’’Nggak terlalu berpengaruh ke kondisi ikan,’’ ungkapnya.
Pinpin menuturkan, sejauh ini belum ada budi daya ikan jenis itu di Indonesia. Dia sendiri mendatangkannya langsung dari luar negeri pada awal 2023. Jumlahnya ratusan. ’’Ukuran baby, panjangnya sekitar 8 sentimeter,’’ jelasnya.
Mayoritas ikan yang didatangkan sudah laku terjual. Di galerinya yang terletak di Jalan Manyar Tirtoasri III, Surabaya, kini hanya tersisa empat ekor. ’’Jualnya waktu ukuran sudah agak besar,’’ ujarnya.
Pinpin lebih dulu merawat ikan yang didatangkan agar kondisinya stabil. Ukuran minimal saat dijual sekitar 25 sentimeter. Dia mematok harga Rp 2,5 juta per ekor. ’’Yang ada sekarang sekitar 28 sentimeter,’’ tuturnya.
Menurut dia, pemeliharaan ikan air tawar terbesar kedua di dunia itu tidak sulit. Piraiba filamentosum bisa diberi pakan seperti ikan predator pada umumnya. Misalnya, ikan cere, udang beku, atau cacing.
Yang terpenting, kata dia, kualitas air harus selalu terjaga. Karena itu, pemilihan komponen filter perlu diperhatikan. ’’Harus bisa menyaring kotoran dengan baik,’’ jelasnya.
Disinggung soal suhu air, piraiba filamentosum disebut tidak rewel. Ikan itu bisa beradaptasi dengan suhu ruangan. Tetapi, dia menyarankan agar akuarium tempatnya ditambah wave maker atau alat pembuat gelombang. Sebab, habitat asli ikan merupakan air dengan arus kencang.
Piraiba filamentosum, kata dia, juga bisa berbaur dengan ikan lain. Jadi, tidak memerlukan tempat tersendiri. ’’Asalkan punya ukuran sebanding. Khawatirnya kalau terlalu kecil, dikira sebagai pakan,’’ tandasnya.(jpc/nca)