Kacamata Antik
-Ilustrasi Dariusz Sankowski/Pixabay-
Ia mulai mengelap kacamata kesayangannya dengan kain. Kacamatanya kembali digunakan, tetapi tetap sama seperti sebelumnya. Ia yang kesal meminta ibunya memperbaiki kacamatanya.
"Gimana caranya? Ini kan bukan barang elektronik yang bisa dibongkar pasang, Nak," ibu mulai heran.
"Tapi kacamata ini tidak berfungsi dengan semestinya," Dara menggerutu kesal. Ia bahkan tak dapat melihat kejauhan. Rasanya berbeda dengan memakai kacamata antik milik Lia. Ibu bolak-balik keluar kamar, seperti sedang mencari sesuatu. Tak lama kemudian ibu keluar membawa kacamata yang sama seperti kacamata milik nenek Lia. Kacamata yang antik.
"Ibu dapat dari mana?" Dara bertanya penasaran.
"Kalau tak salah ini kacamata punya nenekmu yang sudah diberikan kepada ibu. Katanya antik dan ajaib lho," ibu berbisik. Dara merasa kacamata antik ini sangat sesuai untuknya, bahkan tidak harus sesuai dengan keluhan mata penggunanya, serbabisa. Dara yang telah menggunakan kacamata ini sebelumnya mulai bercerita kepada ibu tentang kacamata nenek Lia yang membuatnya lebih jenius saat pelajaran Kimia. Hal tersebut membuat ia lebih percaya diri saat di kelas.
"Oh, begitu. Pantas kacamata kotak itu tidak bisa digunakan." Ibu terlihat memahami cerita Dara. Dara terus memandang ibunya dengan penasaran.
"Jika kamu sudah pernah memakai kacamata antik ini, kamu tidak akan bisa memakai kacamata yang lain. Jadi kacamata kotak kamu atau kacamata baru pun takkan berfungsi saat kamu pakai," ungkap Ibu. Dara yang tak percaya masih terus melihat ibu dengan penasaran.
"Jadi aku harus pakai kacamata antik ini selamanya?" ibu mengangguk. Dara yang panik langsung menunjukkan ekspresi tak terima. Ia merasa menjadi orang yang lebih tua saat memakai kacamata antik itu.
"Kamu tetap cantik kok," ibu menghibur Dara yang masih terdiam. Dara tak punya pilihan lain. Ia akan menggunakan kacamata antik milik neneknya. Ibu juga menceritakan kacamata antik neneknya yang merupakan hadiah pemberian teman dekatnya yang sama-sama memakai kacamata antik. Karena itu, keduanya memakai kacamata yang sama dan diwariskan turun-temurun kepada keluarganya. Dara langsung menyadari kacamata nenek Lia adalah kacamata yang sama seperti milik neneknya. Ibu menunjukkan foto nenek bersama dengan teman dekatnya yang sama-sama memakai kacamata antik dan ajaib tersebut.
Keesokan paginya, Dara datang lebih awal dan bertemu dengan Lia. Lia terlihat berbeda, ia menggunakan kacamata antik milik neneknya. Dara yang melihatnya langsung tertawa.
"Hei, jangan tertawa, Nenek!" canda Lia. Keduanya yang memakai kacamata kembar mulai saling bercengkrama.
"Kenapa kamu pakai kacamata antik itu, Li? Kamu mirip nenek kamu lho!" ejeknya.
"Entahlah, tapi aku lebih percaya diri dengan kacamata ini. Walau tak ada masalah penglihatan ternyata kacamata ini membuat aku merasa lebih jenius begitu.” Lia terlihat percaya diri. Lia juga terkejut saat melihat Dara memakai kacamata antik itu.
"Di mana kau mendapatkan kacamata antik itu? Di pasar?" Lia penasaran.
"Enak saja, kacamata yang seperti ini hanya ada dua di dunia, milik nenekku dan nenekmu." Lia semakin heran dan tak percaya, Dara mulai menceritakan persahabatan neneknya dengan nenek Lia yang memiliki kacamata kembar sebagai lambang persahabatan. Dara mengeluarkan sebuah barang dari tasnya, yaitu peninggalan neneknya, sebuah foto lama. Lia yang baru mengetahui asal-usul kacamata antik itu membuatnya terus melihat foto lama itu.