DLH: Produksi Sampah Nonorganik Dapur MBG di Bandar Lampung Capai 780 Kg per Hari

Kepala DLH Bandarlampung Yusnadi Ferianto -FOTO RADAR LAMPUNG -

BANDARLAMPUNG – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bandarlampung mencatat produksi sampah nonorganik dari dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) mencapai 780 kilogram per hari. 

Data tersebut disampaikan Kepala DLH Bandar Lampung, Yusnadi Ferianto, yang memaparkan perkembangan pengelolaan sampah di 78 dapur MBG yang tersebar di kota ini.

Menurut Yusnadi, DLH telah melakukan pengecekan menyeluruh terhadap instalasi pengolahan air limbah (IPAL), pemilahan sampah, hingga kepatuhan pembayaran retribusi di seluruh dapur MBG.

Ia menjelaskan bahwa DLH telah mengimbau setiap dapur untuk memisahkan sampah organik dan nonorganik. Sampah organik sebagian besar tidak diangkut DLH karena sudah dimanfaatkan oleh peternak dan digunakan untuk budidaya ikan. Sementara itu, sampah nonorganik menjadi tanggung jawab DLH untuk diangkut setiap hari.

“DLH memastikan pengangkutan sampah dilakukan setiap hari, dengan rata-rata 10 kilogram sampah nonorganik per dapur,” ujar Yusnadi.

Ia juga menegaskan bahwa seluruh pembayaran retribusi dilakukan secara nontunai sesuai mekanisme yang telah ditetapkan.

Yusnadi menambahkan, tim DLH telah turun langsung ke seluruh dapur MBG untuk memastikan pengelolaan IPAL dan pemilahan sampah berjalan baik. Bagi dapur yang dinilai belum optimal, pihaknya meminta agar segera melakukan perbaikan.

Sebelumnya, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Provinsi Lampung menyumbang volume sampah yang cukup besar setiap harinya. 

Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Lampung, rata-rata satu dapur SPPG menghasilkan sekitar 0,225 ton atau 225 kilogram sampah per hari.

Dengan jumlah dapur mencapai sekitar 450 unit, total timbulan sampah mencapai kurang lebih 101 ton per hari.

Kabid Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 DLH Provinsi Lampung, Junaedi Rahmad, menyampaikan bahwa pemerintah provinsi masih mengkaji mekanisme pengelolaan sampah MBG untuk menentukan model terbaik di setiap daerah.

 “Ini masih dalam tahap kajian. Kami akan berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota untuk pengelolaannya,” ujarnya, Senin 27 Oktober 2025. 

Sebagai langkah awal, DLH Lampung mulai melakukan uji coba pengolahan sampah MBG menjadi pupuk organik cair. Proses tersebut melibatkan tim Mikroba Center di Desa Marga Kaya, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan.

Pengendali Dampak Lingkungan DLH Lampung, Ahmad Jhon Viktor, menjelaskan bahwa sebagian besar sampah dari dapur MBG merupakan limbah organik yang selama ini sudah dimanfaatkan secara terbatas, seperti untuk pakan ternak atau budidaya maggot melalui kerja sama dengan bank sampah.

Tag
Share