Curah Hujan Tinggi Turunkan Produksi Getah Karet di Mesuji
Radar Lampung Baca Koran--
MESUJI - Musim hujan menjadi tantangan berat bagi petani karet di Mesuji. Tidak hanya menghambat aktivitas penyadapan, curah hujan tinggi juga menyebabkan produksi getah karet menurun.
Erwin, seorang petani karet asal Kecamatan Pancajaya, mengungkapkan hujan yang terus-menerus sangat memengaruhi pekerjaan mereka. “Kalau hujan turun di malam hari, kami tidak bisa menyadap karet keesokan paginya. Getah tidak bisa diambil, dan ini sangat menyulitkan kami,” katanya saat berbincang pada Selasa 18 November 2025.
Meski begitu, dia menuturkan ada sedikit harapan jika hujan hanya turun di pagi hari. “Kalau pagi hujan, kami bisa menyadap di sore hari, asalkan sore tidak hujan lagi. Tapi kalau hujan seharian, kami benar-benar tidak bisa bekerja,” jelasnya.
Hal senada juga disampaikan Ardi (28), salah satu petani karet yang merupakan warga Desa Brabasan, Kecamatan Tanjung Raya. Ia mengaku harga karet saat ini cukup bagus ada di angka Rp 10.200 perkilogram (kg) dan harga penjualan harian bahkan sampai Rp11.000 per kg
“Kalau untuk kebutuhan sehari-hari, Insya Allah cukup,” ujarnya.
Sementara pada musim penghujan, petani karet di Mesuji mengalami kendala pada produksi getah karet. Hal tersebut berdampak langsung sehingga pada pendapatan mereka. Hal ini dialami oleh Suyatmi (50), menurutnya produksi getah karet di musim penghujan jauh lebih sedikit dibanding saat cuaca panas. Ini karena mayoritas getah karet habis terbawa air hujan.
“Biasanya waktu belum selesai menyadap hujan turun otomatis getahnya jadi ikut terbawa air hujan itu,” katanya.
Ia juga bercerita jika kondisi cuaca panas dalam waktu satu pekan panen bisa mencapai 100 kilogram, sedangkan saat seperti ini hanya dapat setengahnya saja, kadang kurang. “Pernah saya siasati dengan cara menambahkan cuka dan tawas pada batang karet yang telah disadap agar getahnya lebih cepat membeku, tapi tetap masih kurang maksimal,” Keluhnya.(muk/c1/nca)