RAHMAT MIRZANI

Panda Kecil

foto pixabay-foto ilustrasi-

Berkat Lea, ia tahu bagaimana caranya menyelesaikan masalah tanpa harus pusing memikirkannya. Seharusnya memang ia bisa bersikap tegas. Ini adalah jalan hidupnya. Seseorang tidak bisa memerintah seenaknya bagai boneka. Ethan selama ini selalu memikirkan pendapat orang lain tentang dirinya. Bagaimana ia bersikap dan berperilaku, berpenampilan, dan cara berbicara. Ia terlalu ingin dipuja orang lain sampai harus menjatuhkan diri sendiri ke dalam rasa sakit. Dari Lea ia belajar, bahwa terkadang, orang lain hanyalah memanfaatkan kita untuk kesenangan mereka pribadi. Ethan adalah pribadi yang tidak bisa menolak permintaan orang lain, sekalipun itu merugikan dirinya. Tak cukup selama ini Lea menyumpah serapahinya, tetapi tidak mempan untuk otak bebal seperti Ethan. Ethan akhirnya sadar, bahwa dirinya benar-benar berarti. Ia tidak boleh menyerah hanya karena gagal sekali dalam segala upayanya. Karena Lea lah ia tahu bahwa masih ada yang menyayanginya. Karena Lea lah ia tahu bahwa ia tidak hidup sia-sia. Karena Lea lah ia tahu pentingnya kita peduli terhadap diri sendiri. Karena Lea lah ia tahu bahwa ada makhluk Tuhan yang seindah ini. 

"Le." Ethan memanggil Lea yang sedang asyik menatap ke depan. Senyuman Lea ialah sebaik-baiknya pemandangan yang pernah ia lihat. Bagai pahatan yang digurat sempurna. Cahaya oranye hasil dari matahari yang mulai terbenam pun ia hiraukan, ada presensi lain yang lebih menarik ia pandangi. Raga yang mampu membuat ia menggeleng takjub. Angin lembut mencumbu pipi halus Lea. Oh Tuhan, hambamu tak kuasa menahan iri. Ethan menggigit bibirnya, gugup tak terkendali. "What's your type?" Ethan merutuki pertanyaannya yang bodoh. 

Alih-alih menjawab, ia malah terkekeh kecil, lalu memeluk Ethan dengan erat, seakan-akan ia adalah benda rapuh yang rawan akan pecah. "Panda kecil." Lea lalu mendongakkan kepala sambil tersenyum hingga membuat matanya tenggelam bagai bulan sabit. Keduanya berdekatan saling bersitatap. Lea menggantungkan senyum tipis penuh afeksi.

Entah sudah berapa lama mereka merahasiakannya dari masing-masing pihak. Mereka tidak tahu kapan perasaan yang membuncah ini datang. Yang jelas, keduanya saling berbalas, sama-sama merasakan bagaimana jantung berdegup kencang seperti ingin meledak.

 

Tag
Share