Dugaan Keracunan MBG di Lampung, Pengamat Pendidikan Beri Solusi dan SPPI Ingatkan Aturan Konsumsi

-GRAFIS/EDWIN RADAR LAMPUNG-
BANDARLAMPUNG – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menjadi sorotan setelah ratusan siswa di sejumlah sekolah di Bandarlampung mengalami gangguan pencernaan, Jumat (29/8).
Pengamat pendidikan sekaligus akademisi IIB Darmajaya Dr. Firmansyah Y.A., M.B.A., M.Sc. menilai dugaan keracunan ini dapat terjadi karena faktor teknis dalam pengolahan dan distribusi makanan.
’’Keracunan MBG bisa terjadi di sekolah mana pun, bukan hanya di Bandarlampung. Karena proses pengolahan dimulai dini hari, sekitar pukul 02.00 WIB, lalu baru dikonsumsi siswa beberapa jam kemudian,” ujarnya, Jumat (5/9).
Ia mencontohkan usaha katering yang menyiapkan ribuan porsi, kualitas bahan dan cara penyimpanan harus benar-benar diperhatikan. Terlebih, alokasi Rp15 ribu per siswa dari Badan Gizi Nasional, dengan Rp10 ribu di antaranya untuk porsi makanan, wajib benar-benar digunakan sesuai standar gizi.
Firmansyah menekankan bahwa semua makanan berprotein tinggi terkontaminasi jika tidak dikelola dengan benar. Ia pun memberikan beberapa solusi.
Antara lain pembangunan dapur besar di dekat sekolah; Pelibatan kantin sekolah untuk memasak langsung bagi siswa; Alternatif lain, dana Rp10 ribu bisa disalurkan ke wali murid agar menyiapkan makanan bergizi bagi anak-anaknya.
’’Dengan dana disalurkan ke orang tua, kekhawatiran soal keracunan bisa diminimalisasi, sekaligus memastikan siswa tetap mendapat makanan sesuai selera dan kebutuhan,” ujarnya.
Namun, jika program MBG tetap dijalankan, ia meminta pengawasan diperketat, mulai dari standar dapur, kualitas bahan, hingga waktu pengolahan.
“Jangan sampai kualitas dapur dan bahan tidak sesuai standar, atau waktu masak terlalu lama sehingga makanan tidak lagi layak konsumsi,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI) MBG Sukabumi, Deri Rian, menegaskan bahwa makanan MBG hanya boleh dikonsumsi di sekolah.
“Berdasarkan evaluasi kami, makanan MBG tidak boleh dibawa pulang. Jika disimpan lebih dari dua jam pada suhu ruang, makanan sangat rentan terkontaminasi bakteri,” kata Deri.
Ia menyebutkan, mayoritas siswa yang sempat dirawat kini sudah dalam pemulihan dan kembali bersekolah.
Kepala BPOM Bandar Lampung, Ani Fatima, mengungkapkan hasil uji laboratorium terhadap sampel makanan masih dalam proses. “Belum keluar,” singkatnya.
Kasus dugaan keracunan ini masih ditangani oleh berbagai pihak. Pemerintah Provinsi Lampung menyatakan komitmennya untuk memperkuat sistem pengawasan, agar distribusi makanan bergizi gratis tetap aman bagi siswa penerima manfaat.