Peran dan Tantangan Penyuluh Pertanian dari Masa ke Masa

Ismiasih, S.P., Penulis merupakan Penyuluh Pertanian di BPP Trimurjo, Lampung Tengah, dan Anggota Ikaperta Unila-FOTO IST-
Karenanya penanaman padi dengan IP200 sudah tidak memadai lagi. Oleh karena itu pemerintah melalui kementerian pertanian berupaya meningkatkan produksi dengan peningkatan IP dari 200 menjadi 300 bahkan 400.
Meningkatkan produksi padi dengan mengubah pola tanam dari padi-padi -palawija atau padi-palawija- padi menjadi padi-padi-padi atau padi-padi-padi-padi menimbulkan konsekuensi yang tidak mudah. Diperlukan strategi dan pengkajian lebih mendalam dalam penerapan teknologinya. Tidak bisa asal-asalan.
Jika hal ini diabaikan, tentu saja akan menjadi sesuatu yang tidak kita inginkan seperti yang pernah terjadi di sekitar tahun 2016. Sukses tanam tetapi tidak sukses panen karena ledakan organisme pengganggu tanaman (OPT).
Tantangan dan permasalahan utama saat ini yang harus segera diupayakan pemecahannya adalah masalah menurunnya daya dukung lingkungan terutama menurunnya kesuburan tanah, ketersedian air, dan meningkatnya serangan OPT karena tidak adanya pemutusan siklus perkembangbiakannya.
Dengan pola tanam padi-palawija-padi jelas ada pola pemutusan siklus hama penyakit dan pengistirahatan tanah untuk menjaga kesuburannya. Dengan pola tanam padi-padi-padi, yang paling penting kita cermati adalah bagaimana bisa menjaga kesuburan tanah dan agroekosisitem lahan pertanian tetap terjaga.
Keberhasilan revolusi hijau di era bimas selain berdampak positif meningkatkan produksi dan tercapainya swasembada pangan tetapi juga menimbulkan dampak negatif dalam jangka panjang. Petani telah terbiasa menggunakan pupuk dan pestisida kimia sintetik cenderung menggunakannya secara berlebihan yang berdampak pada kelestarian lingkungan.
Inilah tantangan terbesar bagi penyuluh pertanian saat ini. Tidak mudah mengubah perilaku petani yang dulunya dipaksa menggunakan pupuk dan pestisida kimia sintetik tapi sekarang justru mereka harus mulai kembali menggunakan pupuk organik dan pestisida ramah lingkungan.
Tidak mudah mengembalikan kesuburan tanah dengan mengembalikan bahan organik ke lahan pertanian secara cepat. Tidak mudah menerapkan sistem pertanian terpadu untuk lahan tanaman padi sekala rumah tangga.
Petani tidak selalu punya ternak, Kalaupun ada tidak mencukupi kebutuhan lahan yang mereka punya. Demikian pun dalam penggunaan pstisida ramah lingkungan. Dengan alasan efektifitas dan efisiensi petani menggunakan pestisida kimia sintetik secara tidak bijaksana karena takut gagal panen.
Selain tantangan teknis, penyuluh pertanian juga dihadapkan pada tantangan dalam pembinaan kelembagaan petani. Seharusnya kelembagaan petani bisa menjadi wadah untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Berapa yang dihasilkan petani jika hanya mengandalkan sektor on farm saja? Petani perlu ditingkatkan pengetahuan, kemauan , dan keterampilannya dalam mengelola kelembagaan tani yang berorientasi bisnis. Kelembagaan petani diharapkan mampu menjalankan agribisnis dari hulu ke hilir, dari pengadaaan input produksi seperti saprodi( benih, pupuk, pestisida dll), sampai pada pemasaran dan pengolahan hasil.
Untuk mewujudkan hal tersebut penyuluh pertanian tidak mampu melakukannya sendiri. Harus ada kolaborasi dengan pihak terkait yang menyangkur penyediaaan sarana dan prasarana penyuluhan yang memadai serta piranti kebijakan yang mendukung dan melindungi. Salam Jaga Pangan Jaga Masa Depan! (*)
*) Penulis merupakan Penyuluh Pertanian di BPP Trimurjo, Lampung Tengah, dan Anggota Ikaperta Unila