SABURAI Wujudkan Inovasi Pemberdayaan Masyarakat

RUMAH BUDI DAYA MAGGOT BSF: Salah satu program unggulan Pemberdayaan Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) Universitas SABURAI di Desa Rejomulyo, Kecamatan Jatiagung, Lamsel.-FOTO IST -
REJOMULYO - Sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, mahasiswa Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai (SABURAI) menjalankan program Pemberdayaan Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM). Kegiatan ini menjadi bagian dari komitmen SABURAI dalam menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya di bidang pengabdian masyarakat yang berbasis inovasi dan keberlanjutan.
Berlangsung mulai awal Juli hingga pertengahan Agustus 2025, PMM bertema ”Pemberdayaan Masyarakat Desa melalui Inovasi Berbasis Lingkungan dan Edukasi Ekonomi Keluarga” tersebut diikuti 9 kelompok. Adapun setiap kelompoknya terdiri dari 19 hingga 21 mahasiswa dan masing-masing tersebar pada beberapa desa di Lampung Selatan (Lamsel). Salah satunya di Desa Rejomulyo, Kecamatan Jatiagung, Lamsel.
Angga Firnandi, Koordinator Kelompok PMM Desa Rejomulyo, mengatakan ia bersama 18 anggota kelompoknya membawa empat program unggulan yang disusun berdasarkan hasil survei kebutuhan masyarakat desa setempat yang fokus pada sektor pertanian, peternakan, kewirausahaan, dan literasi keuangan rumah tangga. Pertama, Pendirian Rumah Budidaya Maggot BSF (Black Soldier Fly). Yaitu dengan budidaya larva lalat tentara hitam yang menjadi solusi ganda. Selain sebagai pengurai limbah organik juga sumber protein tinggi untuk pakan ternak seperti ikan, ayam, dan bebek.
Pada program ini, terangnya, mahasiswa memberikan pelatihan kepada warga tentang cara beternak maggot. Yaitu mulai teknik fermentasi media organik, pemeliharaan telur hingga menjadi larva, serta proses panen dan pengeringan. ”Tak hanya itu, masyarakat juga diajarkan mengenai potensi ekonomis maggot dan strategi pemasaran hasil budidayanya,” ucapnya kepada Radar Lampung, Rabu (20/8).
Kedua, lanjutnya, Inovasi Mesin Pencacah Pakan Ternak sebagai Teknologi Tepat Guna untuk Peternak Lokal. ”Menyadari pentingnya efisiensi dalam budidaya ternak, tim kami (PMM SABURAI) juga membuat dan memperkenalkan mesin pencacah pakan ternak alternatif. Mesin ini mampu mencacah daun-daunan, rumput, sisa hasil panen, dan bahan hijauan lainnya menjadi pakan yang lebih mudah dikonsumsi ternak,” terangnya.
Menurutnya teknologi ini disambut antusias kelompok peternak karena sebelumnya mereka masih mengandalkan alat manual yang memakan waktu dan tenaga. ”Dengan kehadiran mesin pencacah, proses penyediaan pakan menjadi lebih cepat, hemat tenaga, dan hasil cacahan lebih halus serta mudah dicerna oleh ternak,” katanya.
Ketiga, Sosialisasi Manajemen Pemasaran dengan Memberdayakan UMKM Lokal. ”Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, kami menyelenggarakan sosialisasi manajemen pemasaran yang ditujukan untuk para pelaku UMKM dan kelompok wanita tani (KWT). Materi yang disampaikan meliputi strategi dasar pemasaran produk, branding, packaging, hingga cara memanfaatkan platform digital seperti WhatsApp Business, Facebook Marketplace, Instagram, dan media sosial lainnya,” bebernya.
Keempat, Sosialisasi Keuangan Keluarga: Membangun Kemandirian Finansial Rumah Tangga. ”Selain pemberdayaan ekonomi, kami mahasiswa SABURAI juga memberikan sosialisasi keuangan keluarga kepada ibu-ibu rumah tangga. Pelatihan ini menitikberatkan pada pentingnya mencatat pengeluaran, menyusun anggaran bulanan, dan menabung untuk kebutuhan darurat,” ucapnya.
Dengan pendekatan yang sederhana dan relevan, imbuhnya, peserta diberi modul pengelolaan keuangan rumah tangga serta diarahkan membuat catatan keuangan harian. ”Pelatihan ini diharapkan menjadi langkah awal untuk meningkatkan ketahanan ekonomi keluarga dan mencegah jeratan utang konsumtif,” tandasnya.
Angga Firnandi menegaskan bahwa program ini merupakan hasil kolaborasi dan komunikasi yang baik antara mahasiswa dan masyarakat desa. “Kami ingin meninggalkan sesuatu yang bisa terus digunakan dan dikembangkan oleh masyarakat. PMM ini bukan hanya tentang pengabdian, tapi juga pembelajaran hidup yang sangat berarti bagi kami semua,” ungkapnya
Ditambahkannya, melalui program-program yang bersifat aplikatif dan berkelanjutan, mahasiswa PMM SABURAI berhasil menghadirkan solusi nyata bagi masyarakat Desa Rejomulyo. Tidak hanya sebatas transfer pengetahuan, tapi juga membangun kesadaran, kemandirian, dan semangat berinovasi dalam masyarakat desa. ”Kehadiran mahasiswa menjadi katalis perubahan. Menumbuhkan harapan baru bahwa desa bukan hanya objek pembangunan, tapi juga subjek yang mampu tumbuh dan berkembang secara mandiri dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi,” pungkasnya.
Kepala Desa Rejomulyo Bapak Tushandoro pun memberikan apresiasi tinggi terhadap program-program yang dilaksanakan mahasiswa KKN Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai. “Kami sangat berterima kasih atas kontribusi nyata dari adik-adik mahasiswa. Program seperti budidaya maggot dan pelatihan pemasaran sangat relevan dengan kebutuhan warga. Semoga kerja sama seperti ini terus berlanjut dan bisa menginspirasi pemuda desa,” ujarnya. (rim)