Dosen UIN RIL Menerima Research Fellowship dari IBISRC

RESEARCH FELLOWSHIP: Direktur IBISRC Shovosil Ziyodov, Ph.D. dan para research fellow.--FOTO DOK. UIN RIL
Bagi umat Islam Indonesia, Uzbekistan memiliki ikatan sejarah yang istimewa. Ibrahim Asmoro Qondi, ayah Sunan Ampel, diyakini berasal dari Samarkand, yang berjarak sekitar dua jam perjalanan kereta cepat Afrosiyob dari Tashkent, ibu kota Uzbekistan.
Dalam sejarah lisan, sosok Ibrahim Asmoro Qondi (terkadang disebut Makdum Brahim Asmoro) kerap dianggap identik dengan Abu Laits al-Samarqandi, seorang polymath yang karyanya banyak dipelajari di dunia pesantren. Bahkan, ada pula yang mengaitkannya dengan Maulana Malik Ibrahim dari kawasan Magrib (Maroko).
Kitab Usul Nam Bis, versi lokal dari Bahjat al-‘Ulum karya Abu Laits al-Samarqandi, sering dipercaya sebagai karya Asmoro Qondi. Padahal riset mutakhir menunjukkan bahwa keduanya Ibrahim Asmoro Qondi (hidup di awal abad XIV) dan Abu Laits (abad X/944-983) hidup terpaut hampir empat abad.
Dengan irisan dan afinitas historis-teologis serta beragam narasi historis anarkronistik yang menyertainya, Indonesia-Uzbekistan bagaimanapun jelas memiliki pertautan sejarah yang istimewa. Tidak mengherankan jika negara yang berada di kawasan yang sering disebut Mavarounnahr (Mawarannahr) kini menjadi salah satu destinasi wisata dan ziarah paling populer bagi muslim Indonesia.
Jalinan relasi Uzbekistan-Indonesia kian menguat dalam sejarah modern kedua negara sebab Bung Karno, presiden pertama RI. Beliau merupakan salah satu penggagas pemugaran makam Imam Bukhari yang lama terbengkalai dan tak terawat ketika Uzbekistan masih di bawah kendali kekuasaan politik Uni Soviet. (rls/c1)