74,6 Persen Publik Tak Percaya Ijazah Jokowi Palsu

PAPARKAN HASIL: Direktur SIGI LSI Denny JA Ardian Sopa saat memaparkan hasil survei terkait isu ijazah palsu Jokowi, Rabu (31/7). - FOTO ROY ADRIANSYAH/BERITASATU -
JAKARTA - Isu dugaan ijazah palsu yang dituduhkan kepada Presiden ke-7 Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) terus menjadi perbincangan luas masyarakat. Tetapi, di tengah ramainya pemberitaan, mayoritas masyarakat Indonesia menunjukkan sikap yang tidak mudah terpengaruh.
Hal ini diungkapkan oleh hasil survei terbaru SIGI LSI Denny JA yang menunjukkan sebanyak 74,6% publik menyatakan tidak percaya ijazah palsu Jokowi. Hanya 12,2% responden yang menyatakan percaya.
Direktur SIGI LSI Denny JA, Ardian Sopa mengungkapkan ketidakpercayaan masyarakat atas isu tersebut merata di semua segmen demografi, baik yang berpendidikan rendah hingga kalangan terpelajar, masyarakat akar rumput maupun kelompok mapan, serta warga desa dan kota.
“Bahkan dari kalangan Gen Z hingga generasi baby boomer, dan dari semua konstituen partai politik,” ungkap Ardian Sopa yang juga Peneliti Senior LSI Denny JA, dikutip Kamis (31/7).
Menurut Ardian, lebih dari 65 persen masyarakat di setiap kelompok pendapatan tidak percaya isu ijazah Jokowi palsu.
“Di segmen pendapatan rendah, mereka yang tidak percaya justru angkanya lebih tinggi lagi yaitu 79% tak percaya. Di segmen kalangan ekonomi mapan, mereka yang tak percaya isu ijazah palsu sebesar 67,6%,” jelasnya.
Di segmen pendidikan, 81,5% responden berpendidikan lulusan SD ke bawah tidak percaya atas isu tersebut. Sedangkan yang berpendidikan SMP atau sederajat tercatat 73,7% tidak percaya, dan lulusan SMA sederajat sebesar 69,8%.
Survei juga menunjukkan perempuan lebih banyak yang tidak percaya bila dibandingkan laki-laki (78,2% vs 71,2%), serta masyarakat desa lebih banyak tidak percaya dibanding warga perkotaan (76,2% vs 70,9%).
“Data menunjukkan semakin tua usia populasi, semakin tak percaya isu ijazah palsu,” tambah Ardian. Dari sisi usia, Gen Z (di bawah 27 tahun) yang tidak percaya isu ijazah palsu tercatat 71,4%. Pada pemilih milenial (28–43 tahun) sebesar 73,7%, dan generasi X (44–59 tahun) sebesar 76,1%.
Dari preferensi politik, pemilih partai koalisi pemerintahan seperti Gerindra, Golkar, dan PKB secara mayoritas tidak percaya isu tersebut, masing-masing 80,5%, 80,6%, dan 80,8%.
Tidak hanya itu, dalam kalangan pemilih PDIP pun terdapat 80% yang tidak percaya. Adapun pemilih Prabowo Subianto yang tidak percaya mencapai 79,4%.
Pada pemilih Ganjar Pranowo tercatat 67,9% tidak percaya, sementara di pemilih Anies Baswedan meski masih mayoritas, angkanya lebih kecil yakni 51,7%.
Kendati minoritas, 12,2% responden yang percaya isu ijazah Jokowi palsu cenderung berasal dari kalangan ekonomi atas, terdidik, tinggal di perkotaan, serta memiliki preferensi politik berbeda dengan kubu pemerintah saat ini.
Ketika Pilpres 2024 lalu, mereka umumnya mendukung pasangan capres-cawapres selain Prabowo-Gibran.
Survei ini juga mengungkap sejauh mana pengaruh isu ijazah palsu dan dikaitkan dengan kepercayaan publik terhadap Jokowi.
Salah satu pertanyaan kunci dari survei ini adalah, seberapa besar pengaruh isu ijazah palsu terhadap kepercayaan publik kepada Presiden Jokowi?
Dalam konteks komunikasi politik, ini adalah parameter penting untuk menakar apakah isu berhasil mencederai legitimasi seorang tokoh atau justru hanya bergema di ruang-ruang terbatas.
Temuan survei menunjukkan isu ini memiliki daya rusak terbatas secara agregat.
Sebanyak 72,6% responden menyatakan isu ijazah tidak mempengaruhi kepercayaan mereka terhadap Jokowi. Sementara hanya 22,6% menyatakan terpengaruh.
"Artinya, secara umum, narasi ini tak berhasil menggoyahkan kepercayaan mayoritas masyarakat terhadap Jokowi, meski masih menyisakan dampak psikologis pada sebagian segmen," kata Ardian Sopa.(*)