Perang Thailand-Kamboja Tewaskan 13 Korban

SALING SERANG: Serangan roket Kamboja menghantam wilayah kuil Chong Chom dan Ta Kwai di Distrik Phanom Dong Rak, Provinsi Surin, Thailand pada Minggu, 27 Juli 2025 pukul 4 pagi.-FOTO IST-

PHNOM PENH - Pihak Kamboja sempat menawarkan opsi "gencatan senjata segera" dengan Thailand pasca ketegangan di perbatasan dua negara itu. 

Berdasarkan utusan negara Kamboja untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, kedua negara tetangga saling serang untuk hari kedua. Hal ini juga menanggapi isyarat Bangkok yang terbuka untuk berunding. 

Sayang, pilihan gencatan senjata itu gagal dilaksanakan dan malah menambah eskalasi serangan. 

"Kamboja meminta gencatan senjata segera - tanpa syarat - dan kami juga menyerukan solusi damai untuk perselisihan ini," kata Duta Besar Phnom Penh untuk PBB, Chhea Keo, setelah pertemuan tertutup Dewan yang dihadiri oleh Kamboja dan Thailand, Jumat, 25 Juli 2025 malam.

Deru serangan artileri yang terus menerus terdengar dari sisi perbatasan Kamboja pada Jumat.

Meski korban di pihak Kamboja makin meningkat yakni 13 orang (lima tentara dan delapan warga sipil), konflik itu sepertinya belum mereda.

Terbaru, Donald Trump mengaku telah berkomunikasi ke dua perdana menteri Thailand dan Kamboja untuk meredakan ketegangan. Sayang, imbauan itu kembali diabaikan dan serangan kembali pecah. 

"Kamboja mengabaikan Trump, melancarkan serangan roket ke wilayah kuil Chong Chom dan Ta Kwai di Distrik Phanom Dong Rak, Provinsi Surin mulai pukul 4 pagi. Pukul 06.40, peluru artileri dari pihak Kamboja menghantam rumah-rumah warga sipil di Provinsi Surin, menyebabkan kerusakan akibat kebakaran. Tidak ada korban luka atau korban jiwa yang dilaporkan," tulis laporan seorang sumber yang dikutip, nbtconnext, Minggu, 27 Juli 2025. 

"Saat ini, para pejabat belum dapat memeriksa kerusakan secara menyeluruh karena adanya baku tembak yang terus menerus terjadi. Ketegangan di perbatasan antara Thailand dan Kamboja di dekat Provinsi Surin dimulai sekitar pukul 04.30-04.40. Suara ledakan dilaporkan berasal dari pihak Kamboja, menembaki area kuil Ta Kwai di Thailand," tambah laporan itu.

Tak hanya itu, suara tembakan terus terdengar secara berkala dari kedua belah pihak dan meluas hingga mencakup wilayah Chong Chom.

Sekitar pukul 05.30, senjata berat -mirip peluncur roket BM-21-dari pihak Kamboja ditembakkan ke Thailand. Thailand merespons dengan persenjataan beratnya sendiri. 

"Hingga pukul 7:00 pagi, suara tembakan senjata berat masih terus terdengar sesekali," tambah laporan itu. 
Sempat Mereda

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Nikorndej Balankura, mengatakan bahwa pertempuran telah mulai mereda pada Jumat sore.

Ia menambahkan bahwa Bangkok terbuka untuk perundingan, kemungkinan dibantu oleh Malaysia.

"Kami siap. Jika Kamboja ingin menyelesaikan masalah ini melalui jalur diplomatik, bilateral, atau bahkan melalui Malaysia, kami siap melakukannya. Namun sejauh ini kami belum menerima tanggapan apa pun," kata Nikorndej, berbicara sebelum pertemuan PBB digelar.

Malaysia saat ini menjabat sebagai ketua blok regional Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), yang beranggotakan Thailand dan Kamboja.

Sebelumnya, Penjabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, telah memperingatkan bahwa jika situasi meningkat, "hal itu bisa berkembang menjadi perang". "Untuk saat ini, masih terbatas pada bentrokan," katanya kepada wartawan di Bangkok.
Saling Tuding

Kedua belah pihak saling menyalahkan karena melepaskan tembakan terlebih dahulu, sementara Thailand menuduh Kamboja menargetkan infrastruktur sipil, termasuk sebuah rumah sakit yang terkena tembakan dan sebuah pom bensin yang terkena setidaknya satu roket.

Di PBB, utusan Kamboja mempertanyakan pernyataan Thailand bahwa negaranya, yang lebih kecil dan kurang berkembang secara militer dibandingkan tetangganya, telah memulai konflik.

"(Dewan Keamanan) meminta kedua belah pihak untuk (menunjukkan) pengendalian diri semaksimal mungkin dan menggunakan solusi diplomatik. Itulah yang kami serukan juga," kata Chhea Keo.

Tidak ada peserta lain dalam pertemuan DK PBB yang berbicara kepada wartawan.

Pertempuran ini menandai eskalasi dramatis dalam perselisihan yang telah berlangsung lama antara kedua negara tetangga tersebut - keduanya merupakan tujuan populer bagi jutaan wisatawan asing - atas perbatasan bersama sepanjang 800 kilometer.

Puluhan kilometer di beberapa wilayah diperebutkan, dan pertempuran pecah antara 2008 dan 2011, menewaskan sedikitnya 28 orang dan menyebabkan puluhan ribu orang mengungsi.(*) 



Tag
Share