Fenomena Rojali Bukan Hal Baru, Mendag Tegaskan Kebebasan Konsumen

Mendag Budi Santoso menyebut fenomena rojali sebagai kebiasaan lama yang masih relevan di tengah perubahan pola belanja masyarakat. -FOTO DISWAY -
JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menanggapi maraknya fenomena ’’rojali” atau rombongan jarang beli yang kerap terlihat di pusat perbelanjaan.
Ia menyebut perilaku tersebut bukanlah hal baru dan mencerminkan kebebasan konsumen dalam memilih cara berbelanja.
Menurut Budi, masyarakat memiliki hak penuh untuk menentukan apakah ingin berbelanja secara daring maupun luring. Mengunjungi mal untuk melihat langsung produk sebelum membelinya secara online dinilai sebagai strategi umum untuk menilai kualitas, keaslian, dan harga barang.
“Kita bebas memilih, mau beli online atau offline. Dari dulu juga sudah begitu. Konsumen ingin memastikan barang itu sesuai dengan yang diharapkan,” ujar Budi saat ditemui di Jakarta, Rabu.
Ia menambahkan bahwa tindakan memeriksa langsung barang sebelum membeli adalah bagian dari sikap hati-hati agar konsumen tidak tertipu oleh produk palsu atau rekondisi.
Di sisi lain, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja menyatakan bahwa fenomena rojali sudah lama terjadi, namun intensitasnya terus meningkat.
Menurut Alphonzus, peningkatan rojali dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah tekanan ekonomi yang membuat masyarakat, khususnya kelas menengah atas, lebih berhati-hati dalam membelanjakan uangnya. Sedangkan di kalangan menengah ke bawah, daya beli yang menurun mendorong mereka untuk mencari alternatif belanja yang lebih hemat.
“Di kelas menengah atas, mereka lebih selektif karena mempertimbangkan kondisi ekonomi global dan domestik. Sementara kelas menengah bawah cenderung memilih barang dengan harga lebih terjangkau,” ungkapnya. (ant/c1/abd)