Pembelian Energi dari AS Rp307 T Terancam Batal

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia usai peresmian pengoperasian dan pembangunan energi terbarukan di 15 provinsi yang digelar di PLTP Blawan Ijen Unit 1, Bondowoso, Jawa Timur.--FOTO ANTARA/ARNIDHYA NUR ZHAFIRA

JAKARTA - Indonesia memang telah melakukan penawaran kepada Amerika Serikat (AS) untuk meningkatkan volume perdagangan, termasuk komoditas migas. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari negosiasi tarif 32% yang ditetapkan oleh Donald Trump.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengungkapkan, saat ini pihaknya masih menunggu proses negosiasi yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Dengan demikian, kepastian impor komoditas migas RI dari AS, ada di tangan tim negosiasi.

 

"Kemarin saya belum tahu perkembangan terakhir, karena yang akan ngomong itu adalah Pak Menko sebagai Ketua," ungkap Bahlil di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (14/7).

 

Diketahui, sebelumnya Indonesia telah mengajukan sejumlah penawaran dalam negosiasi tarif. Salah satunya akan memperbaiki defisit neraca dagang AS terhadap Indonesia.

 

Pemerintah sendiri rencananya menggenjot impor dari AS sebesar USD34 miliar atau setara dengan Rp550 triliun. Dari angka tersebut, USD15 miliar atau Rp307,72 triliun merupakan angka untuk impor komoditas energi. Angka tersebut setara Rp243,6 triliun dengan asumsi kurs Rp16.245 per dolar AS.

 

"Tetapi kami dari ESDM sudah mengalokasikan sekitar USD15 miliar, sekitar USD10 miliar-USD15 miliar untuk belanja di Amerika. Kalau tarifnya diturunkan," papar Bahlil.

 

Bahlil mengungkapkan, ada kemungkinan keputusan impor komoditas energi dari AS dibatalkan apabila AS tak sepakat untuk menurunkan kebijakan tarif untuk RI.

 

Namun, terkait kepastiannya, Bahlil meminta publik dan seluruh pihak untuk menunggu keputusan resmi dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku ketua tim negosiasi. "Tapi kalau nggak, berarti kan nggak ada deal dong. Nanti kita lihat lagi ya," ungkapnya. (beritasatu.com/c1)

Tag
Share